May 22, 2012

Waktu, Sudikah?

Kerutan ini bukan pertanda semakin banyak aku kumpulkan butiran-butiran usia. Aku hanya sesosok manusia yang kesulitan untuk mengerti, atau mengartikan, satu hal, yang hampir setiap hitungan sembilan hingga enam puluh detik melayang dan melayang. Bukan burung, bukan kertas wajik, bukan kawanan sampah tisu bekas air mata. Aku hanya tidak mengerti, dari mana dia berasal, untuk alasan apa dia datang, untuk apa dia tinggal, kapan dia pergi, atau akankah ia pergi.

Sambil duduk, aku mempersilakan satuan per satuan angin yang hendak berlalu.

Jika saja aku diperkenankan untuk berubah dalam beberapa menit, aku hanya ingin menjadi angin, yang bisa terbang kemana ia mau. Mungkin ia sanggup terbang menyelusup ke dalam hati, menerka dalamnya, mengerti maksudnya, dan melihat isinya. Sehingga saat aku kembali, semua pertanyaan terjawab, setidaknya ada alasan untuk sedikit bernapas lega.

Karena aku tak mungkin bisa menawar waktu yang terus-menerus melangkah tanpa gentar. Tak peduli kita siap atau tak siap, yang ia tahu hanya terus berjalan. Aku tak mungkin melawan lajunya. Untuk mengoreksi setiap penggalan perjalanannya di masa lalu yang aku sia-kan.

Dan yang paling mungkin untuk sekarang, aku hanya meminta waktu agar segera membawaku pergi ke adegan hidup selanjutnya. Atau aku akan lebih lama dipeluk penyesalan.


Aku pun berdiri, seiring matahari beranjak pergi..

0 komentar:

Post a Comment