Apr 27, 2013

Gravitasi

Rembulan semakin memerah kala kau sudah terlalu ingin pulang.
Mengapa harus selekas ini? Tak bisakah kita pulang bersama? Nanti saja..
Bintang melulu berkedip, sambil sesekali mengingatkan aku, ini sudah larut.
Tapi bumi terus menambah percepatan garvitasinya, membuatku sukar berlalu dari medan magnetis terhangat bernama hatimu.
Jatuhkan saja, agar kekuatannya berkurang, aku ingin pulang, sebelum hatiku lebam.

Apr 7, 2013

Jalan Protokol itu, Kamu

Selamat senja yang berbeda, masih dengan kamu yang sama dengan kemarin, kemarin, dan kemarinnya lagi. Kamu yang semoga tak lekas berganti karena lepas harapan. Kamu yang selalu bertakhta dalam damba. Yang teduh antara terik, bagai sebahagian padang pasir, kau itu yang ternaungi awan.
Aku masih melukiskan kamu di kanvas senja ini. Mungkin senja saja sudah bosan dengan wajahmu yang mengisi setiap halamannya. Dan kau tau? Aku harus selalu berkompromi dengan kicau burung gereja yang ramai di lapangan samping jendela kamarku, dengan sinar matahari yang berkerumun masuk ke pori-pori. Untuk satu, senja mereka yang bersedia kulukis lagi dengan wajah yang sama.
Waktu sudah bergulir lama sejak pertama aku tahu dirimu. Kisah ini tak seperti jalan tol jaman dulu yang bebas hambatan. Sebaliknya. Kisah ini serumit jalan protokol di kota-kota besar. Terhambat, sulit, dan mengesalkan. Tujuanku yang membuat aku sanggup bertahan, mungkin saja itu kamu. Berdoalah agar itu kamu. Hehe :)
Maaf jika aku sempat membelok, aku pikir ke arahmu sudah buntu.
Kamu tak perlu kuatir, sekarang aku sudah memutar balik. Aku kembali ke jalan protokol-mu.
Aku tahu kau juga ada dijalan ini, di ujung yang berbeda dariku. Aku yakin kau sedang berjalan ke arahku. Mengikuti jalan protokol-ku. Kau juga terhambat, kau juga sulit, dan kau juga pasti kesal. Tapi aku, tujuanmu, masih disini. Aku juga mencarimu. Maka, carilah aku! Jangan menyerah sampai satu tempo di satu titik dimana kamu dan aku bertemu.
Aku mencari.
Aku menunggumu.