Jul 18, 2012

Surat dari Perindu

Teruntuk: Seseorang yang hidup di pikometer permukaan bumi dalam galaksi bimasakti.

Dear, you.

Kamu kenal dengan si pelari cepat yang abstrak bernama waktu?
Ya, dia, yang perlahan mencipta jarak antara ujung jemari kakiku dan ujung jemari kakimu.

Tahukah kamu? Waktu kian ganas berjalan, membiarkan aku terseret-seret sambil meremas ujung bajunya
Ia tak peduli dengan tetesan darah dari pori keringatku, kelelahan "mengemis", memintanya selangkah berjalan mundur, atau sekadar sedetik berhenti.
.
Lima liter darah dari tubuh manusiaku, perlahan habis mengalir. Terbuang konyol.
Menyaksikannya yang masih terus berjalan.

Dia yang tak pernah sudi berbalik, menonton tanganku yang sebentar lagi akan sobek, terkoyak, lalu putus.
Menahan lajunya, dari ujung bajunya.

Dan tahukah kamu? Dia-masih-tetap-terus-berjalan. Tak semilidetik pun menggubris ke-nyaris tamat-an ku.

Hingga dia membawaku ke garis perhentianku dalam galaksi otakmu.
Mengubahku menjadi patung dalam diorama, yang terduduk di tanah tandus dalam salah satu sudut memorimu... kaku.

Semua terhenti, tanpa sempat terucap.
Tanpa kamu sempat mendengar.

Jul 14, 2012

The Biggest Choice of My Life, So Far

Hari ini tanggal 14 Juli 2012, berarti sekitar seminggu yang lalu, atau tepatnya 6 Juli 2012, palu itu diketuk. Palu yang (mungkin) dipegang oleh Ketua Panitia SNMPTN 2012. Ya, pukul 19:00 tepat, hasil SNMPTN Jalur Tertulis sudah dapat diakses. Jantungku berdegup, tidak karuan. Rasa penasaran, takut, trauma, optimis, pesimis, semuanya seakan berubah jadi planet-planet yang mengitari hatiku, tanpa orbit, bertubrukan, campur aduk.

Setelah ku tunda sekitar 1 jam, akhirnya aku beranikan diri mengetik http://ujian.snmptn.ac.id/ pada URL bar. Aku masukkan Nomor Peserta, tanggal lahir, dan rangkaian captcha. Kemudian aku klik "Cari". Tanpa pikir panjang, aku langsung me-minimize halaman web yang sedang loading mencari keberadaan namaku. Mengumpulkan keberanian, sekaligus memohon kelapangan dada jika hasilnya nihil. Klik!! aku maximize lagi halaman web tersebut. Dan hasilnya.................


.................aaah. Alhamdulillah! Aku masuk pilihan pertama!!

Tapi, sejurus kemudian, kebahagiaanku perlahan lenyap. Yaa, hilang. Berganti kebingungan maksimal. Pasalnya, seminggu sebelum itu, aku mendapat kabar bahwa aku diterima di Politeknik Negeri Bandung. Jurusan Teknik Kimia Produksi Bersih. Dan aku sudah daftar ulang....

IPB adalah kampus impianku sejak dulu, bahkan sebelum aku memilih UI di SNMPTN Undangan. Hanya saja, saat itu entah kenapa aku berpaling dari IPB. Rasanya sangat menyesal, apalagi saat mendengar bahwa teman-temanku yang daftar SNMPTN Undangan di IPB banyak yang lolos. Tapi, Tuhan Maha Baik, Dia langsung menghilangkan penyesalan dalam diriku dan menggantinya dengan semangat mengikuti SNMPTN Tulis. Tanpa ragu, aku pilih IPB.

Rasanya terlalu naif jika aku hanya berpegang pada SNMPTN Tulis, dan, daftarlah aku ke Politeknik Negeri Bandung, yang kabarnya lulusannya banyak diterima kerja di perusahaan ternama. Nilai plus plus bagiku yang memang mencari universitas yang bisa membuatku langsung kerja, karena mau tak mau, aku adalah anak pertama, aku akan jadi tulang punggung keluarga. Dan sujud syukur, pada tanggal 28 Juli 2012, aku dinyatakan diterima di Polban. Karena tenggat waktu untuk daftar ulang yang diberikan sangat sebentar, aku dan keluarga memutuskan untuk segera mendaftar ulang.

Aku sudah bersemangat sekali untuk berkuliah disana......

Namun, pada 6 Juli 2012, ada kabar gembira lain yang datang, nikmat luar biasa dari Allah SWT bahwa aku diterima di Kampus Impianku, kampus dambaanku sejak lama.

Aku dilema, bingung, galau. Keduanya sama baik di mataku. Sulit rasanya untuk memilih, juga berat rasanya untuk meninggalkan salah satu dari keduanya.

Hingga akhirnya aku sampai di hari kemarin, 13 Juli 2012, deadline pengunggahan data ke IPB. Aku memutuskan untuk tidak melakukan pengunggahan apapun. Dengan kata lain, Bismillahirrahmanirrahim, aku memilih Polban. Meninggalkan Kampus Impian menuju Kampus Impian lainnya.

Sekarang, aku sedang berusaha memantapkan hati.
Ya Allah, tolong aku.

This is the biggest choice of my life, so far.