May 8, 2012

Sebuah Balada

Kalau saja kamu juga bisa rasakan aroma petrichor ini. Rasanya aku terlalu egois untuk menikmatinya sendirian. Tapi aku harus bagaimana lagi? Bukankah kamu sudah memutuskan untuk pergi?

Rindu ini bukan jus alpukat di tangan orang kehausan, yang bisa cepat habis dan hilang. Bukan juga tinta balpoin si pujangga, yang lama-lama juga bisa hilang. Tepatnya, aku tak bisa mengatur berapa lama ia akan hilang. Atau seberapa lama ia akan tetap bersamaku. Aku tidak bisa.

Kalau saja ada sebuah alat perambat gelombang suara yang menghubungkan hatiku dengan telingamu. Haha, kemungkinan besar, belum ada ilmuwan yang merindu sehebat aku sebelumnya. Aku jadi sulit memanggilmu, mengajakmu merasakan apa yang selama ini menyiksaku. Ah, tapi, aku tak tega jika kau merasakan kekangan ini juga.

Tetiba aku ingat peristiwa sewindu yang lalu. Aku akui kau sungguh hebat. Kau bilang "ada yang berbeda darimu" kepadaku. Hanya satu kalimat itu saja dari mulutmu, bahkan mampu membuat aku terbang mengalahkan kecepatan pesawat tempur Balckbird, membuat aku melesat lebih cepat dari Kereta Shinkansen. Kamu memang sangat hebat.

Saking hebatnya kamu, kamu juga bisa sampai hati untuk kemudian menjatuhkan aku. Aku yang sedang benar-benar menikmati aroma langit, merasakan lembutnya awan, dan menatap megahnya matahari. Tiba-tiba kamu pergi. Begitu saja menganggap tidak ada yang pernah terjadi.

4 komentar:

Kereeen oya, inilah makelar sesungguhnya, muehhehehe :D
Semua akan indah pda waktunya, Allah pasti berikan yg terbaik buat oyaku :*

Makelar? Makelaaaar? Kangen panggilan itu ih :')
Aaaaaaamiiiiiin :D

Post a Comment