May 5, 2012

Aku Ingin Menulis dengan Bebas

Aku teringat peristiwa ababil dua tahun yang lalu. Kalau aku mengalaminya dua tahun lebih lambat, mereka bilang itu "galau", ya entahlah, terserah bagaimana mereka menyebutnya.

Pada saat itu, aku baru beberapa bulan berselancar di jejaring sosial -setelah tiga tahun bergelut di sana, aku sadar sosialisasi di dunia nyata memang jauh lebih baik, itu presepsiku, kalian bebas jika punya pendapat sendiri-, sebut saja "Muka Buku". Suatu hari, aku update sebuah status tentang sebuah kerisauanku di usia pancaroba. Tak lama kemudian, ada seorang yang terlihat jenius, cerdas, dan pintar -yang belum pernah aku temui, tidak satu sekolah, bahkan tidak satu daerah- mem-post sesuatu di dindingku. Dengan bahasa Inggris yang fluent, kurang lebih dia bilang,

Ini bukan waktu yang tepat untuk membicarakan tentang hal itu.
Jleb, makhluk darimana ini? Tiba-tiba datang dan mempermalukan sebagian diriku kepada sebagian diriku yang lain? Aku pikir, kasihan sekali dia, hidupnya terlalu diorganisir. Itu baik sih, tapi sebuah anugerah seindah itu mengapa musti di tolak? Lagipula, aku sudah SMA. Aku sudah tak pernah ingusan meyerupai angka 11. Aku sudah dewasa dan bisa membedakan mana yang baik, dan mana yang buruk. Bisa membedakan mana yang harus dipost atau tidak dipost di jejasos. Huffh.. sadarkah dia bahwa perkataannya justru membuat aku terlihat sibuk dan lebih mementingkan urusan "anugerah" dibanding belajar. Dia membuat aku tampak bodoh dan kekanakkan. Aku tidak suka.

Bagiku, tak ada yang salah dari hal ini selama aku masih dalam lingkaran. Aku punya prinsip, wahai kakak Jenius!.

Kenapa aku mempost tentang ini sekarang? Hfu, baru saja aku baca sebuah situs yang postingannya hampir semua bertema cinta, dan dia bicara begitu terbuka, apa adanya. Kemudian aku teringat si Kakak Jenius itu, dan menyadari selama ini postinganku terlalu banyak yang disamarkan. Ah! Itu semua karena perkataan dia dua tahun yang lalu. Yang hingga kini terus membuat aku terkekang. Dengar, aku hanya ingin menulis dengan bebas!

0 komentar:

Post a Comment