Showing posts with label Poem. Show all posts
Showing posts with label Poem. Show all posts

May 16, 2012

Kamu Tak Sekedar Ruh Berlapis Kulit

Kalau kamu adalah nyawa yang bisa aku deskripsikan.
Kau hanyalah satu nyawa. Di lapisi satu jiwa. Dan di bungkus satu raga.
Satu yang di sebut tiga kali akan tetap jadi satu.
Dan tiga buah leburan satu itu bernama..
Kamu.

Aku lihat ada satu yang lebih dari sekadar ruh berlapis kulit.
Kau tak sekadar ruh berlapis kulit.
Kau punya sekumpulan tulang yang lengkap.
Kecuali satu tulang bengkok yang hilang dari rusukmu.
Mereka bilang, Hawa tercipta dari tulang rusuk Adam.
Apakah aku juga begitu?
Apakah aku tercipta dari tulang rusukmu yang hilang?

Kau tak sekadar ruh berlapis kulit.
Kamu punya hati yang lebih dari sekadar misteri.
Mereka bilang, dalamnya laut bisa terukur, dalamnya hati siapa tahu?
Aku membenarkannya.
Aku tak bisa menerka, di mana hatimu, di mana kau menyimpanku, atau mungkin aku tak pernah ada di sana, aku tak tahu.

Kau tak sekadar ruh berlapis kulit.
Kamu dengan gerikmu, dengan kata-katamu, dengan keputusan-keputusanmu.
Jauh lebih menarik daripada badut akrobat melompati menara Petronas.

Dan kamu.. memang tak sekadar ruh berlapis kulit.

Apr 7, 2012

Satu Persekian Milisekon Lagi

Telapak kaki kurasa terbakar sudah.
Padang pasir, debu panas, angin panas, dan hatiku yang dingin, yang kukira sepi.
Seperti padang ini.
Ada garis imaji, dan aku telusuri.
Mungkin ada panas yang bisa menembus jauh ke hatiku, atau apa saja.
Jangan dulu beku...

Setiap satu langkahku, suhu semakin tak bersahabat, raksa pada termometer terus naik.
Hatiku, satu detik lagi, ia membeku sempurna.

Satu persekian milisekon lagi...
Mendadak aku lihat oase dari kejauhan.
Raksa berhenti memanjat.
Hatiku mulai bernapas.

Satu persekian milisekon lagi...
Aku kembali menjadi aku, bagai aku, saat di tanahku, dahulu.

Ku sentuh satu pohon zaitun, tapi aku justru mengibas angin.
Ku ambil air dari danau, tapi aku justru mengeruk pasir panas.

Aku...
Aku tahu ini hanya fatamorgana.
Di satu persekian milisekon lagi...

Oct 21, 2011

Biru Muda Biru Tua

Ada kehidupan di balik tirai biru tua dan biru muda.
Ada jiwa yang tak ku kenal, tapi hati ku.
Ada satu gejolak langka yang menggemparkan duka dan suka.
Antara duka dan suka, dan menetralkan semua.
Bukan duka, bukan suka. Semuanya biasa.

Tapi aku suka caranya bicara.
Tapi aku tak kenal dia. Tapi hati ku.

Gemintang bilang, dia terang dalam gelap.
Dia air sungai deras di kemarau panjang.
Dia.. dia.. dia.. Tapi aku tak kenal dia. Tapi hati ku.

Aku ragu karena aku tak kenal dia.
Makhluk atau malaikat.
Di balik tirai biru muda dan biru tua.