Jun 13, 2011

Bumi Ini Benar-benar Bulat



Dingin masih menusuk ke setiap tulang belulangku. Sayup sayup terdengar adzan berkumandang dengan merdunya. Kuharap ini adzan isya'. "assolatukhoirum minan nauum" oh ternyata adzan shubuh. (bukan berarti belum sholat isya', tapi kalau ini adzan isya' setidaknya liburku masih panjang, haha).


Aku pun bangun dengan malasnya. Aku teringat sesuatu, yeah, hari ini libur, malasnya sekelebat hilang. Aku langsung berwudhu menunaikan sholat shubuh dengan (mudah2an) khusyuk. Apa yang aku lakukan kemudian? Main game. Great! Wkwk.

Tak terasa jam menunjukkan pukul emhh.. Udah jam 8 pagi?? Etdah =,=".

Langsung saja aku menyambar handuk dan..makan! Iya makan dulu yah, baru mandi. Selesai makan aku langsung..makan lagi! Haha bercanda lah. Aku langsung mandi pastinya.

Emh sekeluarnya aku dari pintu kamar mandi, aku berubah menjadi sosok yang lebih wangi. "Waaah ini ruang ajaib" pikirku, eh engga, pikirmu aja deh aku kan gak dodol. Heu. Haseum.

Yeah yeah yeah. Ini hari Isnin cek gu. Saatnya main.. Huahaha. Kebetulan hari ini ZZ ngadain reuni gitu. (aneh ya, istilah reuni kan biasanya buat para bapak bapak dan ibu ibu yang sudah tak muda lagi. Tapi namanya juga jaman sekarang. Jadi gak aneh lagi). Cikaciik.

Tanpa pikir panjang, aku langsung mengambil kaos panjang, celana panjang, kerudung putih langsungan dan.. selesai. Simple aja.

Waktunya duduk di depan rumah. Ngapain? Nunggu angkot? Nunggu ojeg? Nunggu mercy? Semua salah. Saya nunggu temen..Satu satu mereka dateng. Katanya harus ontime. Tapi siput banget sih, lelet semua (aku juga). Hehepis..Akhirnya setelah satu jam setengah, eh satu setengah jam (eh yang mana yang bener sih. Ah pokoknya gitu we) mereka sudah terkumpul semua. Saatnya caw!

Setelah perjalanan panjang sekitar 1/2 kilometer (? Biarin ah, kan kata semut mah itu teh perjalanan panjang, komo mun saur amoeba mah, haha). Sampailah kita di sebuah kebun yang ternyata sudah berpenghuni. Penghuninya adalah kurang lebih 8 jenis homo sapiens yang entah darimana datangnya. Hehepis. Setelah berBSBS sebentar, kita semua tiba tiba teringat sesuatu yang begitu mengejutkan. MAKANAN! Ya! Kita belum pesan makanan. Hahaha. Kita sepakat beli nasi padang, es kelapa, dan tak lupa sebagai cuci mulutnya tiada bukan tiada lain yaitu 'rujaaak'. Hurray..

Empat motor berkecepatan setara bajaj segera meluncur ke tengah kota untuk memesan segala jenis parab untuk ternak2 yang sudah menunggu.

Sambil menunggu datangnya motor2 pembawa kebahagiaan. Ternak2 yang hidup di era globalisasi ini memilih untuk berfoto. Dengan gaya narsis bak ratu sejagad mereka menampilkan pose yang aduhai. Aduhaiang utah!

Satu jam berlalu, dan tibalah kadaharan kadaharan yang menambah nafsu para ternak yang sedari tadi sudah terkapar karena lapar. Sekejap..makanan habis. Tak lama kemudian mereka langsung menyambar petis dengan aroma honje bak pemakaman membuat aku tak bisa berbuat banyak (lebih tepatnya makan banyak). Tak lama, sekantong keresek petis musnahlah sudah. Dan anda tau apa yang kemudian mereka perbuat?

Menyerang es kelapa. Memang sulit mengatasi ternak berperut elastis yang benar benar telah kelaparan.

Matahari semakin meninggi tapi makanan telah tiada. Lalu apa yang harus kita lakukan?

Bermain truth or dare. Permainan jujur atau tantangan. Tapi kenyataan berkata lain, mereka melupakan kata 'tantangan' dan semua peserta pun hanya diberi satu pilihan; 'jujur'.

Aku kebagian, ditanya orang yang aku sukaazzzttjgmgtmgkgwjpwj. Uh untungnya mereka gak maksa. Dan berlanjut mencari 'korban' lain. Woah.

Permainan selesai. Saatnya pulang. 7 homo sapiens lelaki pulang lebih dahulu. Disusul beberapa homo sapiens wanita. Tapi kami 'the super power women' pulang belakangan. Anda tahu apa yang terjadi?

Saya tahu anda bertanya-tanya apa yang dilakukan oleh "the super power women" pada saat pulang.

Matahari sudah bergelincir ke barat. Time to back home, guys!

Daerah ini masih daerah sekitar rumahku juga sebenarnya. Tapi aku buta arah disini. Zzzt..

Baiklah, kita pulang. Tak lama salah satu 'anggota' nyeletuk "Nau, kita lewat jalan yang beda dari jalan berangkatnya nyok!". Aku membatu sesaat. Oh God..aku tak tahu arah. Kalau aku bilang 'enggak mau' malu dong masa gak tau daerah sendiri. Tapi kalau aku bilang 'mau' aku tak tahu akan membawa mereka kemana. Dengan segenap jiwa hero yang Tuhan anugerahkan padaku, dan kekuatan yang entah darimana datangnya kepalaku mengangguk. "Horraaaaay"

Sial!

Karena tak tahu jalan, akhirnya tanpa sebuah ketukan palu kita memutuskan untuk menerapkan pepatah 'malu bertanya sesat dijalan'. Dari awal perjalanan kita sudah bertanya harus kemana. 'ke kiri neng' 'ke kanan neng' namanya di desa, ada juga yang gak tau apa itu kiri apa itu kanan.

"mang, numpang tanya, dari sini kemana yah kalau mau ke BTN?" tanyaku.

"kaditu neng" jawabnya sambil menunjuk arah kiri.

"ke kiri?"
tanyaku meyakinkan.

"sanes ke kiri neng. Kaditu!"
sanggahnya.

"ya ke kiri kan?"

"sanes! Tapi kaditu!" jawabnya sambil tetap menunjuk arah kiri.

Yeah, ini dia yang bego apa aku yang pintar? Hahaha.

"oh yaudah. Terimakasih mang"

Kami melanjutkan perjalanan. Dengan masih menerapkan malu bertanya sesat dijalan walaupun sebenarnya malu banget tanya tanya setiap orang yang melintas. Fiuh =,=". Mereka sih, nekat. (Kalaupun sebenernya aku yang nekat).

Penderitaan ini bertambah saat mereka terus menyalahkan aku. Hell.

Setelah sekian lama kita berjalan. Kurang lebih 1/2 jam, sampailah kita disebuah rumah yang terlihat sepi. Didepan rumah tersebut bertengger sebuah motor matic berwarna merah. Tiba2 ada tukang cilok keliling lewat dan nyeletuk "ini rumah si %/@_<]&{§" dia menyebut nama salah seorang kakak kelas kami. Spontan kami langsung menghabisi salah seorang teman kami yang entah gosipnya atau faktanya mereka saling suka. Pipi teman kami itu langsung merah bak tomat busuk berbelatung berbau suram. Hehepis. Perjalanan (tepatnya petualangan) menyusuri desa belantara diteruskan. Dengan nafas yang tersengal sengal kita terus berjalan. Mendaki gunung, lewati lembah, turun ke sawah, memandikan padi, menanam kerbau (?). Huaa.. What a tiring journey :(. Setelah kurang lebih satu jam perjalanan. Sampailah kita di tempat yang terasa begitu familiar. Tiba tiba Anggi berkata "Bukannya ini tempat yang tadi kita mulai perjalanan?" Ternyata kita sampai di tempat awal kita berangkat. Whaa kita dipermainkan oleh warga. Namun tak apa. Dengan ini kita membuktikan bahwa teori Marcopolo itu benar adanya.

0 komentar:

Post a Comment