Nov 6, 2013

Spirit of Java

Solo. Aku bukan hendak bercerita tentang penyanyi yang bernyanyi sendirian, melainkan tentang nama sebuah kota menawan yang begitu tersohor di Provinsi Jawa Tengah.

Suatu hari di bulan Juli 2011.

Jam tanganku menunjukkan pukul 20:00 WIB. Aku, ibu, dan adikku serta beberapa anggota keluarga kami yang lain tengah berdiri di peron statisun Gambir. Menunggu kedatangan kereta yang akan membawa kami ke kota asal almarhum ayahku. Setelah satu jam, kereta yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Ini kali pertama adikku naik kereta. Dia terlihat sungguh bergairah ingin segera mencoba sensasi bertransportasi dengan kereta. Sementara ini kali keduaku. Pertama kali aku naik kereta adalah ketika aku masih balita, saat itu ayahku masih ada dan adikku belum lahir.

Aku dan keluargaku mengisi tempat duduk yang sudah dipesan. Kereta melaju, adikku tak henti-henti memandang keluar jendela, walau sebenarnya tak terlihat apa-apa karena langit sudah gelap. Sementara adikku masih menikmati pengalaman pertamanya naik kereta, aku memilih untuk tidur.

Subuh itu, kereta penumpang Argo Lawu yang kutumpangi tiba di sebuah stasiun. Aku bergegas mengambil koper dan segera turun dari kereta. Aku berjalan menjauhi kereta dan melihat sekeliling. Pandanganku berhenti saat melihat papan nama stasiun ini: Solo Balapan. Ah inikah stasiun yang selama ini hanya aku dengar di lagu Mas Didi Kempot itu? Dan sekarang aku sudah benar-benar menginjakkan kaki di peronnya. Mungkin waktu balita dulu juga aku pernah kesini, tapi aku sama sekali tak ingat.



Sebelum menuju hotel, kami menunaikan sholat Shubuh terlebih dulu di musola Stasiun Solo Balapan. Di seberang musola kulihat ada beberapa lokomotif sedang terparkir. Udara subuh di Solo tak sedingin di kota tempat tinggalku, Sukabumi. Walau begitu, udaranya terasa sangat bersahabat dan terasa tak asing bagiku. Mungkin karena kota ini adalah kota kelahiran ayahku, yang artinya kota ini juga kota asalku walau aku tak terlahir disini. Bisa dimaklumi, karena budaya keturunan di Indonesia sangat kuat.

Seusai solat Subuh, kami memutuskan untuk langsung menuju hotel menggunakan mobil sewaan. Sebenarnya di kota ini ada satu rumah bhulik dan satu rumah pakde ku. Tujuan kami ke kota ini adalah untuk menghadiri pernikahan anak bhulik ku. Karena takut merepotkan empunya acara, kami memutuskan untuk tidak bilang-bilang bahwa kami sudah tiba di kota Solo. Kalau kami bilang-bilang, pasti bhulik ku bakal lebih repot, maka kami memutuskan untuk datang diam-diam dan menyewa kamar hotel sendiri, bukan hotel bintang lima, tapi cukup nyaman dan bersahabat dengan kantong. Di hotel inilah kami beristirahat selama dua malam di kota Solo.

Karena masih lelah, hari ini kami putuskan untuk beristirahat penuh. Pamanku yang ikut di rombongan kami sudah merencanakan untuk jalan-jalan keliling kota Solo esok pagi. Ia bilang, ia akan menyewa angkot untuk satu hari penuh dan kita bebas keliling kota Solo. Aku tak sabar menanti hari esok.

Malamnya, ketika jam makan tiba, anak pamanku yang juga ikut di rombongan mengajak kami untuk makan di warung angkringan pinggir jalan. Katanya, sensasi makannya akan terasa lebih nikmat. Malam itu kami berjalan menyusuri trotoar di pinggir jalan kota Solo. Ah lampu-lampu gemerlapan nan cantik menyinari malam hari di kota. Udara malam yang tidak terlalu menusuk membuat jalan-jalan malam itu terasa hangat dan romantis.

Setibanya di warung angkringan itu, aku melihat banyak menu yang terdengar cukup asing, salah satunya nasi kucing. Aku bertanya kepada pamanku apa itu nasi kucing. Kupikir itu adalah nasi dengan lauk daging kucing, hahaha, dan dugaanku meleset. Ternyata nasi kucing ini adalah nama nasi yang disajikan dalam porsi sangat sedikit, sehingga lebih tampak seperti porsi makan untuk kucing. Nasi kucing ini disajikan dengan berbagai macam lauk pauk, seperti tempe kering, ayam, bandeng, sambel, dan sebagainya. Tapi malam itu aku tidak mencobanya, aku masih janggal dengan namanya sehingga aku lebih memilih untuk makan telor penyet yang ternyata rasanya luar biasa enak. Sungguh indah makan malam ditemani dengan pemandangan lampu-lampu kota Solo yang romantis. Ternyata makan malam romantis tak melulu harus ditemani kekasih hati, ditemani keluarga dan lampu kota juga ternyata tak kalah romantisnya, hihihi.

Esok paginya, seperti yang telah direncanakan, kami pergi berkeliling kota Solo. Pertama-tama kami mengunjungi bekas rumah eyang-ku yang kini sudah berpindah tangan. Sebuah rumah dengan pekarangan tiga kali lebih luas dibanding bangunan rumahnya. Benar-benar sebuah rumah yang ideal untuk ditempati sebuah keluarga. Di kotaku mana ada rumah dengan pekarangan seluas itu. Sayangnya, semenjak ayahku merantau ke Jakarta saat muda dulu, dan kakek-nenekku meninggal, rumah ini sudah tak ada yang mengurus dan diputuskan untuk dijual. Kalau saja saat itu aku sudah ada, aku pasti akan menghalangi ayahku menjual rumah ini. Tapi ya sudahlah, mungkin memang sudah seharusnya rumah ini dijual.

Selepas dari (bekas) rumah kakek, kami pergi ke Keraton Solo alias Keraton Surakarta. Pakde ku pernah bercerita bahwa perbedaan Solo dan Yogya salah satunya adalah kepemerintahan kerajaannya. Kata pakdeku di Yogya adalah keraton Kesultanan dan di Solo adalah keraton Kesunanan. Aku tak begitu paham dengan perbedaan ini. Aku pun belum sempat bertanya lagi kepada pakde.

Angkot sewaan ini melaju menuju keraton Solo. Sebuah keraton dengan mayoritas warna biru langit di temboknya. Sayangnya, kami tak boleh masuk ke dalam keraton dan hanya diperkenankan untuk masuk ke museum kereta kencana. Kereta-kereta kencana di museum ini ada cukup banyak dan sangat indah. Beberapa diantaranya tak boleh disentuh, ketika aku tanya paman mengapa tak boleh disentuh, ia pun tidak tahu, hahaha.

Dengan kereta kencana


Setelah puas berkeliling di keraton Surakarta, kami meneruskan perjalanan ke sebuah pasar yang cukup terkenal di kota Solo. Namanya pasar Klewer. Kata bibiku, pasar ini terkenal dengan batiknya. Disana aku membeli beberapa tas batik yang cantik. Ibuku yang notabene asli Sunda, sedikit kewalahan negosiasi harga dengan penjualnya. Untung saja ada bibiku yang lancar bahasa Jawa. Akhirnya kami mendapatkan tas batik itu dengan harga yang cukup murah. Setelah itu kami membeli enting-enting dan wingko untuk dibawa sebagai oleh-oleh.

Ternyata kami menghabiskan waktu cukup lama di pasar Klewer. Sebelum kembali ke hotel, kami diajak ke warung jamu kaki lima. Aku memesan jamu beras kencur. Setelah kucicipi, ternyata rasa jamunya sangat enak, dan berbeda dengan rasa jamu gendongan di kotaku. Rasanya sangat khas dan wueeennakk. Sampai-sampai aku menghabiskan dua gelas. Jamu yang disajikan dengan es batu itu bisa menjadi minuman yang amat pas untuk menemani siang yang terik di kota Solo.

Setelah lelah berkeliling di keraton dan berbelanja di Pasar Klewer, kami kembali ke hotel. Malam ini akan digelar acara pernikahan sepupuku. Setelah beristirahat, malamnya kami pergi ke pesta pernikahan sepupuku. Lokasinya tidak terlalu jauh dari hotel. Berhubung bhulik ku belum tahu kedatangan kami, bhulik merasa sangat senang dan terkejut melihat kehadiran kami di pestanya. Bhulik sedikit ngambek karena kami datang tanpa bilang-bilang padanya. Malam itu, pernikahan sepupuku berlangsung dengan khidmat.

Seusai pesta, kami kembali ke hotel. Kami harus mengemas barang karena besok kami harus kembali ke Jakarta. Berat rasanya hati ini meninggalkan kota senyaman Solo. Aku berniat untuk begadang menghabiskan quality moment di kota Solo ini. Tapi ibuku mencegahnya, beliau bilang, besok kami sudah harus pulang pagi-pagi sekali. Walau sempat menolak, akhirnya aku menurut.

Pagi yang menyedihkan ini akhirnya datang. Betapa tidak, hari ini kami harus pulang meninggalkan kota yang romantis dan nyaman ini. Berat hatiku untuk beranjak. Tapi apadaya. Kami pun bergegas pergi ke Stasiun Balapan. Kami diantar oleh kakak sepupuku, salah satu anak pakdeku. Tepat jam 8.00 pagi, kereta Argo Lawu, yang dua hari lalu mengantar kami ke kota indah ini, datang dan siap memisahkan aku dan Solo kembali. Aku naik ke peron dan menaiki kereta. Selang beberapa menit kemudian, kereta sudah terisi penuh dan mulai melaju.



Sambil melihat keluar jendela kereta, aku bergumam: “Sampai jumpa kota romantis, the spirit of Java! Semoga suatu hari aku bisa kembali lagi kesini atau bahkan menetap disini. Ke kota yang sungguh memikat dan terpatri di hati. Baru kali ini rasanya aku merasakan jatuh cinta pada sebuah Kota. Solo, I love you to the max!”


Oct 4, 2013

Beda

Masih jelas dalam linimasa sejarah, saat aku seakan gila. Saat aku suka mereka-reka cerita yang sesungguhnya tak ada. Saat aku gemar bercerita, cerita yang disana-sininya kutambahkan versiku sendiri. Menyesal. Menyesal akan begitu banyaknya kamuflase yang aku guratkan sendiri. Begitu banyaknya khayalanku yang bahkan aku tau itu masih bermil-mil jauhnya dari kenyataan. Tapi apalah daya? Dulu aku terlalu angkuh untuk buang muka dari kesemuan. Dulu aku terlalu acuh untuk menoleh pada kenyataan. Dulu aku begitu bodoh untuk terus mengejar fatamorgana yang setiap didekati ia luput. Aku kacau.

Sekarang sesal itu baru tiba di satu fase hidupku yang baru. Aku tak menyalahkan kehadirannya. Aku tahu, dia datang untuk membuatku satu langkah lebih paham.

Kuharap setelah ini tak ada lagi rekaan cerita, tak ada lagi khayalan semu, tak ada lagi berlari-lari mengejar fatamorgana. Kuharap setelah ini aku bertransformasi jadi manusia yang lebih matang. Jadi manusia yang lebih siap hidup dihimpit kenyataan, daripada bersenang-senang hidup di atas andai-andai.

Aug 17, 2013

Sembilan Belas-an

Ternyata sudah 19 kali aku lalui tanggal 11 Agustus. Waktu yang tidak sebentar namun masih terlalu belia juga bila dikatakan sudah lama.

Ulangtahun? Aku lebih suka menyebutnya milad. Karena milad berarti hari lahir. Plus, milad juga berasal dari Bahasa Arab. I always adore Arabian language. Though I couldn't speak Arabic indeed, hehe.

Langsung aja deh ke poinnya. Ngebahas milad dan asal-usulnya bakal panjang. :)

Milad kali ini bener-bener sukses bikin aku bahagia. Dengan nuansa lebaran yang masih sangat kental dan begitu hangat. Ditambah, dikasih cake keju sama Ibu. Cake keju asli buatan Ibu dan rasanya enakkkkkkkkk pake banget. Sengaja gak dipublish fotonya, karena pasti bikin ngiler. Hehehehe bercanda.

Kedua, ucapan dari sahabat-sahabat mulai dari yang ngucapin jam 1 dinihari sampe ngucapin 2 hari setelah hari-H. Hahaha nyentrik banget atuh nyaak. Ya walaupun gak banyak yang ngucapin (berhubung aku juga termasuk orang yang jarang banget ngucapin selamat milad hehe). Karena, menurut aku sih ucapan itu ga perlu banyak. Asal ada yang berkualitas, that's more than enough to made my day :)). Dan tahun ini, hal itu terwujud. Terwujud. Makasih ya buat yang merasa udah ngucapin. Caranya sederhana kok, tapi bakal aku kenang terus, insya Allah.

Hem apalagi ya? Oiya, tahun ini juga aku dapet hadiah yang luar-luar biasa dari Allah. Udah pernah aku bahas kok di postingan sebelum ini. Iya, keluarga baru, Avicenna. (Nanti deh foto mereka aku upload. Jaringan lagi gak beres nih). Intinya, bahagia banget bisa ketemu mereka, kenalan sama mereka, belajar bareng mereka, bekerja keras sama mereka, dan akhirnya jadi keluarga. Every moment spent with you is the moment I treasure pokoknya kalau kata Aerosmith mah.

Tapi milad kali ini juga sedih. Mengingat pembunuhan massal saudara-saudaraku yang ada di Mesir. Belum selesai di Suriah, sekarang ditambah di Mesir. Ya Allah. Maafkan aku yang belum bisa melakukan apa-apa selain berdoa untuk mereka. Tapi, seseorang bilang, doa itu bantuan yang maksimal kan? Aku tak akan mengabaikan hal itu. Aku percaya Tuhan "pasti" Mendengar doa hambanya.

Kayaknya sekian dulu deh postingan aku kali ini. Walaupun agak telat gapapa lah yang penting setiap aku buka blog ini, dan aku baca postingan ini, pikiranku akan tetap semuda saat aku menulisnya dan merasakan kembali sensasi kebahagiaannya hehehehhee.

Jangan lupa #PrayForEgypt #StopEgyptMassacre

Jul 28, 2013

Postingan Bulan Juli

Sudah bulan Juli, akhir bulan Juli, tepatnya. Duh maaf banget buat semua pembaca setia blog gue, itupun kalau ada, kalau sebulan ini gue nganggurin my beloved blog ini, tempat curhatan gue ini, tempat gue mengekspresikan apa yang gabisa gue ekspresikan di dunia nyata, dan tentunya tempat sejarah hidup gue diabadikan #cielah.

Kangen banget! Haha. Banyak cerita yang pingin banget gue lepas disini. Bulan Juli ini, kisah riwayat hidup gue bertambah satu poin. Iya, bulan ini gue ikut acara Training of Trainer gitu. Acara buat persiapan ospek kampus. Dalam satu bulan, hampir tigaperempatnya gue habiskan di kota Kembang ini. Risiko sih karena gue udah sosoan mau jadi panitia haha. Tapi kalau si Abah bilang sih, "gak papa gak papa".

Dari pilihan gue untuk ikut jadi panitia, ada keuntungan dan ruginya juga. Ruginya dulu deh. Yang pertama pastinya waktu dan tenaga. Dan yang paling penting, ongkos! Hehe. Ongkos makan, ongkos pulsa, ongkos bus, ongkos bensin, banyak!

TAPI

Semua kerugian yang berlipat ganda itu bener-bener bisa ditutupi oleh keuntungan berlipat-lipat lebih ganda. Disini gue dapet ilmu baru, partner baru, teman baru, sobat baru, bahkan keluarga baru. Sebut saja Avicenna. Iya, nama tim medis di ospek kampus tahun ini. Kurang lebih sebulan gue lewatin bareng Avicenna, rasanya indaaaaaaaaach *maaf alay, ketularan Hele. Haha.

Dan dari TOT ini juga, gue ngerasa disadarkan bahwa dunia ga selebar daun kelor. Bahkan polban ga selebar daun kelor. Ternyata polban luas. Sebagai mahasiswa, gue merasa gagal! Gue merasa bener-bener kuper dan terlalu menutup diri. Ternyata, banyak banget orang-orang lovable berkeliaran di polban, sedangkan selama ini gue stuck pada satu orang.........................sst udah! sisanya mari kita skip.

Jadi, kalau kata Ucup pas beres nyerita horror, esensi dari postingan ini adalah, bahwa Polban ga selebar daun kelor.........eh bukan! Bahwa setiap pilihan pasti ada untung-ruginya. Jangan liat ruginya terus. Ambil untungnya. Manfaatkan! Lancarkan! Kerasssssss!

Burung irian burung cendrawasih....eh masih jaman?

Jun 25, 2013

Untuk Apa Menangis Sekarang

Aku masih tercenung menatap pohon-pohon yang tampak melesat berlarian. Dengan warna dasar biru yang sudah mulai luntur pekatnya. Pecahan memori mengantarkanku pada sebuah potongan cerita saat spidol boardmarker itu menari-nari diatas selembar kertas putih. "Seratus mimpi" katanya. Mimpi harus dicatat, biar tak lupa dan senantiasa jadi penyulut api semangatmu agar berkobar lagi ketika kau dapati ia perlahan padam, katanya.

Satu tetes air mata mengawali jutaan tetes lainnya untuk terjun bebas dari kelenjar lakrimalis. Semua desing peluru itu terlanjur berteriak-teriak dan sulit luput, lubang bekasnya berlalu terlanjur terukir dan sulit lenyap. Jutaan tetes lainnya kemudian kembali terjun bebas.

Ada sesal yang menggema namun enggan keluar. Ada sesal yang menyiksa namun sudah terlalu kunikmati. Karena penyesalan, di belahan semesta manapun, akan selalu datang menyusul.
Untuk apa menangis sekarang?
Karena masa depan penuh teka-teki, dan aku sedang berjalan membawa satu-satunya alat yang bisa membongkarnya; waktu.

Jun 18, 2013

Aku Sedang Menggenggam Asa

Dalam pelukan asa yang melemah, dan visioneritas yang sudah terlalu payah. Aku tak akan punyai apapun lagi selain harap yang tinggal sedikit sisanya.

Aku hanya manusia yang tak punya satupun cara untuk memainkan ulang masa lalu. But the future still not belong to me yet. Ketika masa depan sudah direka sedemikian rupa, aku tetap tak boleh jadi makhluk egois yang mencari keamanan dan kenyamanannya sendiri. Aku bukan terlahir dan tumbuh dengan gratis. Bahkan setiap daging yang melekat di tulang, semuanya serba berbayar untuk bisa bertumbuh.

Dan setiap manusia pasti akrab dengan sang abstrak bernama utang budi. Utang yang mengekang, hingga tak kutemui nominal manapun sanggup membayar. Tapi aku tetap manusia yang sejak lahir dijejali pekerti.

Aku akan tetap berlari menjauhi kenyamanan dengan asa yang tinggal segenggam lagi. Walau sedikit, setidaknya aku bisa bilang pada setiap orang yang keheranan, "aku sedang menggenggam asa".

Jun 17, 2013

Pengorbanan?

Mungkin ini rasanya jadi harimau kebun binatang yang "terpaksa" hidup di balik jeruji. Hanya sayangnya, kita terlalu berleha, menyombong karena merasa lebih mulia, dan egois untuk sekadar "bisa merasakan".

Lihatlah ketika anak-anak kecil itu menarik-narik ujung baju ayahnya. Menyeret-nyeret ayah mereka mendekati kandang harimau malang. Untuk tanpa sadar, menonton sekaligus tertawa akan keterkekangannya.

Tapi ia hanyalah harimau. Ia tangguh, tapi kalah pada akal picik. Ia kuat, tapi luluh pada senyum budak polos yang terhibur diatas pedihnya.

Ia seharusnya bisa pergi, mengenyam kebebasan yang menjadi haknya sejak lahir. Ia seharusnya bisa beradu eksiprasi dan inspirasi dengan oksigen yang spesial diembus oleh pohon-pohon yang berdiri megah di alam liar. Seperti kawanan-kawanannya.

Tapi ia hanyalah seekor harimau malang yang masih luluh pada senyum manusia-manusia yang selalu menontonnya, terus menganggapnya binatang perkasa.

Karena ia hanyalah seekor harimau kebun binatang, yang rela hidup dalam kemalangan, demi senyuman yang tak ingin ia lepas dari sejauh pandangnya.

Kumpulan Laporan Mata Kuliah Instrumentasi Analitik

Laporan Kjeldahl download disini
Laporan Potensiometri dan pHmetri download disini
Laporan Spektrofotometri AAS download disini
Laporan Spektrofotometri UV download disini

Jun 14, 2013

Lyric Raisa - Bye Bye

Hey Girl you know you're beautiful
Now where's the pretty smile you've been hiding for too long
Hey Girl you know you're wonderful
If he doesn't appreciate then it's time to say bye bye
say bye bye 2x
If he doesn't treat you right then who is he to stick around just say good bye

Hey Girl you know you're amazing
Anyone who gets to love you is one lucky guy
Hey Girl you know you're a queen
If he doesn't appreciate then it's time to say bye bye
say bye bye 2x
If he doesn't treat you right then who is he to stick around just say good bye

I won't let anyone make me feel sad
I won't let anyone make me feel dumb
I won't let anyone make me feel unhappy

If you don't treat me right, baby so let me to say bye bye, say bye bye 2x
If he doesn't treat you right then who is he to stick around just say good bye
Say bye bye 2x
bye, say bye bye 2x
If he doesn't treat you right then who is he to stick around just say good bye
Say bye bye 2x

*mohon maaf bila masih ada kesalahan, karena ini hasil ngedengerin, pake bahasa inggris lagi, jadi rada hese. hehe.

Jun 4, 2013

Cerita Senja

Senja hari di kosan.
Aku duduk bersandar ke tembok, tepat di bawah jendela. Jendela yang pernah masuk ke dalam mimpi beberapa minggu yang lalu. Jendela yang masuk ke mimpiku bersama kamu yang tengah membuka tirai. Mengabarkan kamar kos bahwa matahari sudah terbit. Bahwa, kamu sudah datang.

Dan aku terbangun.
Aku terbangun, ketika hanya fajar menyeruak lembut di ufuk timur. Tak ada matahari terbit. Tak ada kamu. Tentu saja.

Sekarang aku disini sedang membuat dunia kecil yang hanya aku mengerti. Tak ada manusia lain yang mengerti. Sebanyak apapun aku berceritera, tapi memang tak ada yang mengerti, selain aku, Allah, dan dua malaikat yang sekarang pasti tengah ikut melihatku mengetik ini.

Jujur saja aku merindukan satu nyawa yang berada beberapa kilometer dari sini. Dia yang dulu pernah seakan-akan mengisi hari-hariku dengan segala kejutannya. Ya, seakan-akan. Kata-kata bisa saja bilang tidak, tapi adakah cara yang mampu menentang hati?

Ku lihat foto akun blogku. Sebuah foto yang diambil di depan candi borobudur satu setengah tahun yang lalu. Ah, aku ingat. Saat itu aku belum mengenalmu. Terkadang otak yang serba ingin dituruti ini meminta aku kembali ke masa itu. Tapi sampai kapanpun waktu tak akan mungkin berjalan mundur. Aku paham itu. Hatiku memang terkadang brutal.

Sudah jadi keniscayaan bahwa setiap impian butuh perjuangan. Kalau neraca massa bilang, impian adalah aliran yang diumpankan ke dalam reaktor perjuangan. Terkadang impian tak terkonversi sempurna. Tangisan, rasa sesal, rasa sedih, dan rasa gusar selalu saja menyertai dan menjadi produk samping. Tapi kamu harus tetap ingat, terwujudnya impianmu sebagai produk utamanya pasti akan terbentuk.

Andaikata produk utama itu tidak sesuai dengan yang kau inginkan. Percayalah Allah akan menganugerahimu produk yang lebih baik. Percayalah, karena Allah tak akan pernah mengabaikan sekecil apapun perjuangan hambaNya.


Jun 1, 2013

Tentang Jodoh

Tadi abis ngeliat foto kartu peserta SBMPTNnya si Sarah. Refleks langsung SMS ibu.
Saya: Bu, Oya mau nyoba snmptn ke ilmu komunikasi boleh ga?
Sebenernya udah yakin banget ibu gak akan ngebolehin dengan kata-kata yang seakan-akan ngebolehin. Misalnya: "terserah". Satu kata yang bikin menohok luar biasa haha.
Tapi, tadi jawabannya lain.
Ibu: Boleh, emang lagi libur mbak pas ujiannya?
Masya Allah! Kali ini ibu bener-bener ngebolehin. Padahal udah belasan kali aku ngomong mau ikut snmptn dan selalu gak boleh (dengan cara yang seakan-akan boleh). Tapi tadi itu lain.

Seneng, seneng banget dibolehin.

Tapi, satu sms ibu lainnya bikin aku mikir.
Ibu: Emang mbak gak betah di Polban?
Astaghfirullah. Aku mikir lama, aku merasakan masa-masa di polban setaun terakhir. Aku ga bisa menyangkal kalau aku betah. Sangat betah. Lalu apa sebenarnya motivasi aku untuk ikut sbmptn? Mencari kesombongan diri? Atau sekadar memenuhi ego?

Astaghfirullah. Aku lupa aku pernah bertekad bahwa aku akan membantu ibu membiayai kuliah adik. Tapi kenapa aku ingin ikut snmptn lagi? Sekarang adikku sudah kelas 2 SMA, tahun ini naik kelas 3. Dan berarti tahun depan dia kuliah. Kalau aku ikut sbmptn, dan diterima, apa yang akan terjadi? Aku hanya akan berbeda satu tingkat dengan adik. Soal wisuda berdekatan, itu ga masalah. Tapi gimana dengan uang kuliah? Gimana dengan ibu? Apa yang akan terjadi pada ibu yang notabene merupakan single parent karena ayahku telah Allah panggil lebih dulu lima tahun yang lalu? Apa yang akan terjadi? Aku hanya akan membebani ibu. Membuatnya susah.

Ya Allah, aku ini anak macam apa?

Setelah brainstorming sendiri, aku sekarang ngerti kenapa Allah masukkin aku ke polban. Sepertinya diini memang jodoh aku. Karena dengan cara bertahan disinilah yang paling mungkin bisa membuat aku mewujudkan tekadku untuk membantu ibu biayai kuliah adik.

Haha. Lupakan semua impian. Bukan karena menyerah. Tapi karena ada impian baru yang lebih mulia. Iya, lupakan ilmu komunikasi. Bertahan di teknik kimia. Wujudkan tekadmu. Bahagiakan ibumu.

Ibu: Iya betul.

May 23, 2013

Aku Harus Berguru pada Ikan

Kadang aku ingin berguru pada ikan. Bagaimana mereka bisa punya daya ingat yang secepat itu? Hanya tiga detik? Rasanya seperti pecah berkeping-keping saat harus mengingat banyak hal yang terlalu pedih untuk diingat. Tapi apalah daya, ingatanku bekerja berkali-kali lipat durasinya daripada ikan. Sisi manisnya, aku masih bisa mengingat semua hal, tentangmu, yang bisa membuatku masih tersenyum.

Aku percaya bertemu kamu adalah takdirku, mungkin takdirmu juga. Aku percaya setiap momen obrolan kita adalah takdirku, mungkin takdirmu juga. Takdir yang selalu kupedulikan, tapi mungkin tak sekalipun pernah kamu sekadar sadari.

Knowing there's someone else have been staying inside your heart is the worst fact lately.

Kesabaranku memang tak berbatas. Dan kesanggupanku masih bisa mengatasi semua ini.

Tapi, ingatanku tentang kamu yang selalu manis, sebelum ini, sudah cukup untuk menguapkan semua senyum. 

Aku harus berguru pada ikan.

May 10, 2013

Kau Tak Akan Kehilangannya

Kini aku malu pada mega yang memerah. Yang selalu ku tatap saat memintamu menetap. Yang selalu ku tatap saat kau memilih untuk pulang lebih dulu. Seharusnya aku telah tersadar sejak itu, bahwa bukan aku yang terpenting.

Kini aku malu pada kicau burung saat hari dimulai. Yang selalu kupinta izinnya untuk melukis wajahmu pada senjanya. Seharusnya mereka tak pernah izinkan aku. Agar setiap senjanya yang lampau tak menjadi lukisan yang hanya bisa dikenang.

Aku pun malu pada senja. Yang mulai sore itu tak lagi kulukiskan wajahnya. Kudengar lirih ia bertanya, "Mengapa kau berhenti? Aku menyukainya seperti kamu.".

Tenanglah senja,  hanya aku yang akan kehilangannya. Tidak denganmu. Karena sungguh akan ada pelukis lain yang melukis wajahnya pada dirimu. Pelukis beruntung. Pelukis yang lebih indah melukiskannya.

Bukan aku.

Apr 27, 2013

Gravitasi

Rembulan semakin memerah kala kau sudah terlalu ingin pulang.
Mengapa harus selekas ini? Tak bisakah kita pulang bersama? Nanti saja..
Bintang melulu berkedip, sambil sesekali mengingatkan aku, ini sudah larut.
Tapi bumi terus menambah percepatan garvitasinya, membuatku sukar berlalu dari medan magnetis terhangat bernama hatimu.
Jatuhkan saja, agar kekuatannya berkurang, aku ingin pulang, sebelum hatiku lebam.