Dec 23, 2014

Melodi Iman

Bismillahirrahmaanirrahiim.
Aku berlindung kepada Allah dari ketidakbermanfaatan tulisan yang aku buat.

Sudah lebih dari sebulan aku tak berkunjung ke sini. Pun sudah lama tidak mengecek pageviews blog-ku. Kemarin terakhir yang ku ingat baru 8000-an viewers yang berkunjung ke blog ini. Dan barusan aku lihat sudah melebihi 14000 pageviews (Oh Tuhan, semoga saja apa yang mereka baca dari tulisan-tulisanku bisa memberi manfaat sekalipun tulisan itu sesungguhnya sedikit maslahatnya. Aamiin).

Aku ingin sedikit bercerita. April yang lalu, aku bergabung di sebuah komunitas dakwah di kampus ini. Jujur saja, bergabung ke komunitas/organisasi bervisi dakwah adalah hal yang paling aku hindari selama ini. Aku pun belum mengerti sepenunya mengapa aku begitu takut untuk berada di lingkungan itu. Apakah karena aku takut akan jadi benalu? Jadi parasit yang hanya menempel dan merugikan, hanya menumpang beken dan merugikan. Apakah karena aku takut berdakwah karena mendakwahkan diri sendiri saja seringkali gagal? Apa?

Waktu dan masa terus bergulir tanpa toleransi. Hari itu salah satu hari di bulan April 2014 (atau Maret ya, lupa) salah seorang temanku mengajakku untuk ikut Dauroh Akhwat. Pada saat itu entah mengapa aku mau saja tanpa banyak berdebat. Padahal biasanya, jika diajak ke forum seperti itu, aku selalu merasa malas dan sedikit takut. Entahlah..

Dan tadaaaaaaa, di sana aku bertemu banyak makhluk berkhimar super panjang. Makhluk-makhluk yang seakan mengeluarkan sebuah atmosfer khusus yang amat menenangkan. Pelukan yang hangat, sambutan yang ramah, senyum yang menawan. Ah mungkin ini yang Cowboy Junior katakan bidadari jatuh dari surga, jatuh tanpa lecet sedikitpun. Ya, atmosfer yang mereka tebarkan itu amat kuat menusuk hingga tulang-belulang. Membuat aku terkesan tanpa ampun. Kalian boleh bilang bahwa tindakanku ternilai cukup gegabah, karena pada saat itu juga aku ingin menjadi 'manusia ajaib' yang bisa menebar atmosfer indah seperti mereka. Saat itu juga aku putuskan untuk bergabung. Tentang berhasil atau tidaknya menjadi manusia ajaib, itu urusan belakangan.

Dimulai dari saat itu, hidupku sedikit banyak mulai berubah. Perlahan namun pasti, aku mulai memanjangkan khimar sesenti demi sesenti. Aku lebih sering mengikuti forum dan majlis ta'lim yang diadakan oleh komunitas dakwah itu. Dan yang paling terasa, di sana aku merasakan fenomena bahwa setiap manusia di komunitas itu punya antena yang memancarkan sinyal, yang kemudian sinyal itu saling bertemu dan berikatan, berikatan begitu kuatnya. Kuatnya ikatan itu seperti simpul mati yang sulit untuk kembali dilepaskan. Mereka menyebut fenomena itu dengan "ukhuwah".

Ukhuwah itu apa? Apa pentingnya? Bukankah dalam beragama Islam yang paling penting adalah iman kita? Oh tidak teman. Kita hanyalah manusia biasa yang memang didesain untuk bisa beriman. Namun kita tak boleh lupa jikalau kita pun didesain untuk bisa merasakan naik turunnya iman kita. Kemudian, apakah kita begitu yakin ketika iman ini dalam posisi sefutur-futurnya, diri kita dapat menolong diri kita sendiri? Kita tak punya jurus kagebunshin yang bisa memperbanyak diri untuk saling mengingatkan satu sama lain ketika dalam kondisi terpuruk, bahkan dalam kondisi melayang sekalipun. Lalu siapa yang mengingatkan kita tatkala kita lupa? Siapa yang membopong kita tatkala kita pincang? Siapa yang membantu membangkitkan kita tatkala kita terjatuh? Merekalah sahabat-sahabat kita yang telah Allah kirim menjadi syariat yang menjaga iman kita agar senantiasa konstan dan agar hati kita senantiasa dekat dengan Sang Maha Pembolak-balik Hati.

After all, poin dari tulisanku yang amat ngaler ngidul ini adalah, bahwa hati terpaut oleh masjid, akan sangat sulit untuk dipisahkan. Tak percaya? Silakan rasakan sendiri sensasinya. Kebahagiaan yang entah bagaimana untuk dapat dituliskan. Dan keyakinan bahwa teman yang baik di era serba canggih ini masih ada.

1 komentar:

kagebunshinnya keren tulisannya keren...tulis menulis ini baik dan mesti dibudayakan untuk melihat segalasesuatunya dari berbagai sudut pandang ... andai saya bisa edo tensei..hehe

Post a Comment