Sep 6, 2011

Surat (Mungkin Permintaan, atau Suruhan)

"Tetaplah tersenyum" kata-kata lumrah. Tapi kali ini bukan hanya "kata-kata belaka". Kata yang datang entah dari mana. Dari hati kah? Kupikir fungsi hati itu menawarkan racun. Hah, sudahlah. Dalam kepastiannya, aku merasakan sebuah rasa yang benar-benar memaksa. Menuntut hal itu harus terjadi. Menuntut kau berubah. Menuntut kau untuk...

...tersenyum.

Aku tak suka melihat kau pasang persediaan muka masammu setiap hari. Sekali lah kau ganti dengan muka tulus, muka penuh "senyuman" yang Tuhan anugerahkan untukmu. Kenapa kau tak pernah mensyukurinya? Senyummu begitu manis. Kenapa kau tak pernah memakainya?

Hanya sebuah pengandaian, yang bahkan aku tahu tak mungkin terjadi - namun tetap aku lakukan. Bagaimana kalau kau jadi seseorang yang bernama aku. Ku rasa kamu baru mengerti. Apa artinya sebuah "senyuman" yang kau ukir di wajahmu -yang tak sempurna tanpa senyummu- bagiku. Cukup sudah. Aku tak lupa bilang ini tak akan terjadi, kan?

Tersenyumlah,

Who need your smile,

Aku-

0 komentar:

Post a Comment