Dec 31, 2013

Untukmu

Untukmu..
Seorang pangeran yang sudah tertulis sebagai pelengkap setengah agamaku di lauhul mahfuz.
Seorang yang tangguh mempertahankan prinsipnya. Seorang yang kelak menjadi imam shalat tahajjudku.

Untukmu,
Aku hendak memberitahu bahwa aku adalah wanita yang biasa saja. Aku tak sepiawai akhwat-akhwat berkhimar panjang itu dalam memperbaiki diri. Tapi sungguh, aku senantiasa berusaha. Pun aku adalah wanita yang lemah dalam beriman. Tapi aku tahu Tuhan menciptakanmu untuk menguatkan aku kala aku mulai lemah, yang memelukku kala aku mulai terhempas.

Suatu hari nanti, ketika aku sedang dalam kebingunganku, aku tahu ada kamu bersama nasihatmu yang memecah kalut itu. Suatu hari nanti, ketika aku sedang marah, aku tahu ada kamu yang meredam amarahku. Suatu hari nanti, ketika aku berbuat salah, aku tahu ada kamu yang meminta maaf terlebih dahulu. Entah mengapa, dalam imajinasiku, kamu adalah sosok yang sebegitu indahnya..

To be continued.

Nov 6, 2013

Spirit of Java

Solo. Aku bukan hendak bercerita tentang penyanyi yang bernyanyi sendirian, melainkan tentang nama sebuah kota menawan yang begitu tersohor di Provinsi Jawa Tengah.

Suatu hari di bulan Juli 2011.

Jam tanganku menunjukkan pukul 20:00 WIB. Aku, ibu, dan adikku serta beberapa anggota keluarga kami yang lain tengah berdiri di peron statisun Gambir. Menunggu kedatangan kereta yang akan membawa kami ke kota asal almarhum ayahku. Setelah satu jam, kereta yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Ini kali pertama adikku naik kereta. Dia terlihat sungguh bergairah ingin segera mencoba sensasi bertransportasi dengan kereta. Sementara ini kali keduaku. Pertama kali aku naik kereta adalah ketika aku masih balita, saat itu ayahku masih ada dan adikku belum lahir.

Aku dan keluargaku mengisi tempat duduk yang sudah dipesan. Kereta melaju, adikku tak henti-henti memandang keluar jendela, walau sebenarnya tak terlihat apa-apa karena langit sudah gelap. Sementara adikku masih menikmati pengalaman pertamanya naik kereta, aku memilih untuk tidur.

Subuh itu, kereta penumpang Argo Lawu yang kutumpangi tiba di sebuah stasiun. Aku bergegas mengambil koper dan segera turun dari kereta. Aku berjalan menjauhi kereta dan melihat sekeliling. Pandanganku berhenti saat melihat papan nama stasiun ini: Solo Balapan. Ah inikah stasiun yang selama ini hanya aku dengar di lagu Mas Didi Kempot itu? Dan sekarang aku sudah benar-benar menginjakkan kaki di peronnya. Mungkin waktu balita dulu juga aku pernah kesini, tapi aku sama sekali tak ingat.



Sebelum menuju hotel, kami menunaikan sholat Shubuh terlebih dulu di musola Stasiun Solo Balapan. Di seberang musola kulihat ada beberapa lokomotif sedang terparkir. Udara subuh di Solo tak sedingin di kota tempat tinggalku, Sukabumi. Walau begitu, udaranya terasa sangat bersahabat dan terasa tak asing bagiku. Mungkin karena kota ini adalah kota kelahiran ayahku, yang artinya kota ini juga kota asalku walau aku tak terlahir disini. Bisa dimaklumi, karena budaya keturunan di Indonesia sangat kuat.

Seusai solat Subuh, kami memutuskan untuk langsung menuju hotel menggunakan mobil sewaan. Sebenarnya di kota ini ada satu rumah bhulik dan satu rumah pakde ku. Tujuan kami ke kota ini adalah untuk menghadiri pernikahan anak bhulik ku. Karena takut merepotkan empunya acara, kami memutuskan untuk tidak bilang-bilang bahwa kami sudah tiba di kota Solo. Kalau kami bilang-bilang, pasti bhulik ku bakal lebih repot, maka kami memutuskan untuk datang diam-diam dan menyewa kamar hotel sendiri, bukan hotel bintang lima, tapi cukup nyaman dan bersahabat dengan kantong. Di hotel inilah kami beristirahat selama dua malam di kota Solo.

Karena masih lelah, hari ini kami putuskan untuk beristirahat penuh. Pamanku yang ikut di rombongan kami sudah merencanakan untuk jalan-jalan keliling kota Solo esok pagi. Ia bilang, ia akan menyewa angkot untuk satu hari penuh dan kita bebas keliling kota Solo. Aku tak sabar menanti hari esok.

Malamnya, ketika jam makan tiba, anak pamanku yang juga ikut di rombongan mengajak kami untuk makan di warung angkringan pinggir jalan. Katanya, sensasi makannya akan terasa lebih nikmat. Malam itu kami berjalan menyusuri trotoar di pinggir jalan kota Solo. Ah lampu-lampu gemerlapan nan cantik menyinari malam hari di kota. Udara malam yang tidak terlalu menusuk membuat jalan-jalan malam itu terasa hangat dan romantis.

Setibanya di warung angkringan itu, aku melihat banyak menu yang terdengar cukup asing, salah satunya nasi kucing. Aku bertanya kepada pamanku apa itu nasi kucing. Kupikir itu adalah nasi dengan lauk daging kucing, hahaha, dan dugaanku meleset. Ternyata nasi kucing ini adalah nama nasi yang disajikan dalam porsi sangat sedikit, sehingga lebih tampak seperti porsi makan untuk kucing. Nasi kucing ini disajikan dengan berbagai macam lauk pauk, seperti tempe kering, ayam, bandeng, sambel, dan sebagainya. Tapi malam itu aku tidak mencobanya, aku masih janggal dengan namanya sehingga aku lebih memilih untuk makan telor penyet yang ternyata rasanya luar biasa enak. Sungguh indah makan malam ditemani dengan pemandangan lampu-lampu kota Solo yang romantis. Ternyata makan malam romantis tak melulu harus ditemani kekasih hati, ditemani keluarga dan lampu kota juga ternyata tak kalah romantisnya, hihihi.

Esok paginya, seperti yang telah direncanakan, kami pergi berkeliling kota Solo. Pertama-tama kami mengunjungi bekas rumah eyang-ku yang kini sudah berpindah tangan. Sebuah rumah dengan pekarangan tiga kali lebih luas dibanding bangunan rumahnya. Benar-benar sebuah rumah yang ideal untuk ditempati sebuah keluarga. Di kotaku mana ada rumah dengan pekarangan seluas itu. Sayangnya, semenjak ayahku merantau ke Jakarta saat muda dulu, dan kakek-nenekku meninggal, rumah ini sudah tak ada yang mengurus dan diputuskan untuk dijual. Kalau saja saat itu aku sudah ada, aku pasti akan menghalangi ayahku menjual rumah ini. Tapi ya sudahlah, mungkin memang sudah seharusnya rumah ini dijual.

Selepas dari (bekas) rumah kakek, kami pergi ke Keraton Solo alias Keraton Surakarta. Pakde ku pernah bercerita bahwa perbedaan Solo dan Yogya salah satunya adalah kepemerintahan kerajaannya. Kata pakdeku di Yogya adalah keraton Kesultanan dan di Solo adalah keraton Kesunanan. Aku tak begitu paham dengan perbedaan ini. Aku pun belum sempat bertanya lagi kepada pakde.

Angkot sewaan ini melaju menuju keraton Solo. Sebuah keraton dengan mayoritas warna biru langit di temboknya. Sayangnya, kami tak boleh masuk ke dalam keraton dan hanya diperkenankan untuk masuk ke museum kereta kencana. Kereta-kereta kencana di museum ini ada cukup banyak dan sangat indah. Beberapa diantaranya tak boleh disentuh, ketika aku tanya paman mengapa tak boleh disentuh, ia pun tidak tahu, hahaha.

Dengan kereta kencana


Setelah puas berkeliling di keraton Surakarta, kami meneruskan perjalanan ke sebuah pasar yang cukup terkenal di kota Solo. Namanya pasar Klewer. Kata bibiku, pasar ini terkenal dengan batiknya. Disana aku membeli beberapa tas batik yang cantik. Ibuku yang notabene asli Sunda, sedikit kewalahan negosiasi harga dengan penjualnya. Untung saja ada bibiku yang lancar bahasa Jawa. Akhirnya kami mendapatkan tas batik itu dengan harga yang cukup murah. Setelah itu kami membeli enting-enting dan wingko untuk dibawa sebagai oleh-oleh.

Ternyata kami menghabiskan waktu cukup lama di pasar Klewer. Sebelum kembali ke hotel, kami diajak ke warung jamu kaki lima. Aku memesan jamu beras kencur. Setelah kucicipi, ternyata rasa jamunya sangat enak, dan berbeda dengan rasa jamu gendongan di kotaku. Rasanya sangat khas dan wueeennakk. Sampai-sampai aku menghabiskan dua gelas. Jamu yang disajikan dengan es batu itu bisa menjadi minuman yang amat pas untuk menemani siang yang terik di kota Solo.

Setelah lelah berkeliling di keraton dan berbelanja di Pasar Klewer, kami kembali ke hotel. Malam ini akan digelar acara pernikahan sepupuku. Setelah beristirahat, malamnya kami pergi ke pesta pernikahan sepupuku. Lokasinya tidak terlalu jauh dari hotel. Berhubung bhulik ku belum tahu kedatangan kami, bhulik merasa sangat senang dan terkejut melihat kehadiran kami di pestanya. Bhulik sedikit ngambek karena kami datang tanpa bilang-bilang padanya. Malam itu, pernikahan sepupuku berlangsung dengan khidmat.

Seusai pesta, kami kembali ke hotel. Kami harus mengemas barang karena besok kami harus kembali ke Jakarta. Berat rasanya hati ini meninggalkan kota senyaman Solo. Aku berniat untuk begadang menghabiskan quality moment di kota Solo ini. Tapi ibuku mencegahnya, beliau bilang, besok kami sudah harus pulang pagi-pagi sekali. Walau sempat menolak, akhirnya aku menurut.

Pagi yang menyedihkan ini akhirnya datang. Betapa tidak, hari ini kami harus pulang meninggalkan kota yang romantis dan nyaman ini. Berat hatiku untuk beranjak. Tapi apadaya. Kami pun bergegas pergi ke Stasiun Balapan. Kami diantar oleh kakak sepupuku, salah satu anak pakdeku. Tepat jam 8.00 pagi, kereta Argo Lawu, yang dua hari lalu mengantar kami ke kota indah ini, datang dan siap memisahkan aku dan Solo kembali. Aku naik ke peron dan menaiki kereta. Selang beberapa menit kemudian, kereta sudah terisi penuh dan mulai melaju.



Sambil melihat keluar jendela kereta, aku bergumam: “Sampai jumpa kota romantis, the spirit of Java! Semoga suatu hari aku bisa kembali lagi kesini atau bahkan menetap disini. Ke kota yang sungguh memikat dan terpatri di hati. Baru kali ini rasanya aku merasakan jatuh cinta pada sebuah Kota. Solo, I love you to the max!”


Oct 4, 2013

Beda

Masih jelas dalam linimasa sejarah, saat aku seakan gila. Saat aku suka mereka-reka cerita yang sesungguhnya tak ada. Saat aku gemar bercerita, cerita yang disana-sininya kutambahkan versiku sendiri. Menyesal. Menyesal akan begitu banyaknya kamuflase yang aku guratkan sendiri. Begitu banyaknya khayalanku yang bahkan aku tau itu masih bermil-mil jauhnya dari kenyataan. Tapi apalah daya? Dulu aku terlalu angkuh untuk buang muka dari kesemuan. Dulu aku terlalu acuh untuk menoleh pada kenyataan. Dulu aku begitu bodoh untuk terus mengejar fatamorgana yang setiap didekati ia luput. Aku kacau.

Sekarang sesal itu baru tiba di satu fase hidupku yang baru. Aku tak menyalahkan kehadirannya. Aku tahu, dia datang untuk membuatku satu langkah lebih paham.

Kuharap setelah ini tak ada lagi rekaan cerita, tak ada lagi khayalan semu, tak ada lagi berlari-lari mengejar fatamorgana. Kuharap setelah ini aku bertransformasi jadi manusia yang lebih matang. Jadi manusia yang lebih siap hidup dihimpit kenyataan, daripada bersenang-senang hidup di atas andai-andai.

Aug 17, 2013

Sembilan Belas-an

Ternyata sudah 19 kali aku lalui tanggal 11 Agustus. Waktu yang tidak sebentar namun masih terlalu belia juga bila dikatakan sudah lama.

Ulangtahun? Aku lebih suka menyebutnya milad. Karena milad berarti hari lahir. Plus, milad juga berasal dari Bahasa Arab. I always adore Arabian language. Though I couldn't speak Arabic indeed, hehe.

Langsung aja deh ke poinnya. Ngebahas milad dan asal-usulnya bakal panjang. :)

Milad kali ini bener-bener sukses bikin aku bahagia. Dengan nuansa lebaran yang masih sangat kental dan begitu hangat. Ditambah, dikasih cake keju sama Ibu. Cake keju asli buatan Ibu dan rasanya enakkkkkkkkk pake banget. Sengaja gak dipublish fotonya, karena pasti bikin ngiler. Hehehehe bercanda.

Kedua, ucapan dari sahabat-sahabat mulai dari yang ngucapin jam 1 dinihari sampe ngucapin 2 hari setelah hari-H. Hahaha nyentrik banget atuh nyaak. Ya walaupun gak banyak yang ngucapin (berhubung aku juga termasuk orang yang jarang banget ngucapin selamat milad hehe). Karena, menurut aku sih ucapan itu ga perlu banyak. Asal ada yang berkualitas, that's more than enough to made my day :)). Dan tahun ini, hal itu terwujud. Terwujud. Makasih ya buat yang merasa udah ngucapin. Caranya sederhana kok, tapi bakal aku kenang terus, insya Allah.

Hem apalagi ya? Oiya, tahun ini juga aku dapet hadiah yang luar-luar biasa dari Allah. Udah pernah aku bahas kok di postingan sebelum ini. Iya, keluarga baru, Avicenna. (Nanti deh foto mereka aku upload. Jaringan lagi gak beres nih). Intinya, bahagia banget bisa ketemu mereka, kenalan sama mereka, belajar bareng mereka, bekerja keras sama mereka, dan akhirnya jadi keluarga. Every moment spent with you is the moment I treasure pokoknya kalau kata Aerosmith mah.

Tapi milad kali ini juga sedih. Mengingat pembunuhan massal saudara-saudaraku yang ada di Mesir. Belum selesai di Suriah, sekarang ditambah di Mesir. Ya Allah. Maafkan aku yang belum bisa melakukan apa-apa selain berdoa untuk mereka. Tapi, seseorang bilang, doa itu bantuan yang maksimal kan? Aku tak akan mengabaikan hal itu. Aku percaya Tuhan "pasti" Mendengar doa hambanya.

Kayaknya sekian dulu deh postingan aku kali ini. Walaupun agak telat gapapa lah yang penting setiap aku buka blog ini, dan aku baca postingan ini, pikiranku akan tetap semuda saat aku menulisnya dan merasakan kembali sensasi kebahagiaannya hehehehhee.

Jangan lupa #PrayForEgypt #StopEgyptMassacre

Jul 28, 2013

Postingan Bulan Juli

Sudah bulan Juli, akhir bulan Juli, tepatnya. Duh maaf banget buat semua pembaca setia blog gue, itupun kalau ada, kalau sebulan ini gue nganggurin my beloved blog ini, tempat curhatan gue ini, tempat gue mengekspresikan apa yang gabisa gue ekspresikan di dunia nyata, dan tentunya tempat sejarah hidup gue diabadikan #cielah.

Kangen banget! Haha. Banyak cerita yang pingin banget gue lepas disini. Bulan Juli ini, kisah riwayat hidup gue bertambah satu poin. Iya, bulan ini gue ikut acara Training of Trainer gitu. Acara buat persiapan ospek kampus. Dalam satu bulan, hampir tigaperempatnya gue habiskan di kota Kembang ini. Risiko sih karena gue udah sosoan mau jadi panitia haha. Tapi kalau si Abah bilang sih, "gak papa gak papa".

Dari pilihan gue untuk ikut jadi panitia, ada keuntungan dan ruginya juga. Ruginya dulu deh. Yang pertama pastinya waktu dan tenaga. Dan yang paling penting, ongkos! Hehe. Ongkos makan, ongkos pulsa, ongkos bus, ongkos bensin, banyak!

TAPI

Semua kerugian yang berlipat ganda itu bener-bener bisa ditutupi oleh keuntungan berlipat-lipat lebih ganda. Disini gue dapet ilmu baru, partner baru, teman baru, sobat baru, bahkan keluarga baru. Sebut saja Avicenna. Iya, nama tim medis di ospek kampus tahun ini. Kurang lebih sebulan gue lewatin bareng Avicenna, rasanya indaaaaaaaaach *maaf alay, ketularan Hele. Haha.

Dan dari TOT ini juga, gue ngerasa disadarkan bahwa dunia ga selebar daun kelor. Bahkan polban ga selebar daun kelor. Ternyata polban luas. Sebagai mahasiswa, gue merasa gagal! Gue merasa bener-bener kuper dan terlalu menutup diri. Ternyata, banyak banget orang-orang lovable berkeliaran di polban, sedangkan selama ini gue stuck pada satu orang.........................sst udah! sisanya mari kita skip.

Jadi, kalau kata Ucup pas beres nyerita horror, esensi dari postingan ini adalah, bahwa Polban ga selebar daun kelor.........eh bukan! Bahwa setiap pilihan pasti ada untung-ruginya. Jangan liat ruginya terus. Ambil untungnya. Manfaatkan! Lancarkan! Kerasssssss!

Burung irian burung cendrawasih....eh masih jaman?

Jun 25, 2013

Untuk Apa Menangis Sekarang

Aku masih tercenung menatap pohon-pohon yang tampak melesat berlarian. Dengan warna dasar biru yang sudah mulai luntur pekatnya. Pecahan memori mengantarkanku pada sebuah potongan cerita saat spidol boardmarker itu menari-nari diatas selembar kertas putih. "Seratus mimpi" katanya. Mimpi harus dicatat, biar tak lupa dan senantiasa jadi penyulut api semangatmu agar berkobar lagi ketika kau dapati ia perlahan padam, katanya.

Satu tetes air mata mengawali jutaan tetes lainnya untuk terjun bebas dari kelenjar lakrimalis. Semua desing peluru itu terlanjur berteriak-teriak dan sulit luput, lubang bekasnya berlalu terlanjur terukir dan sulit lenyap. Jutaan tetes lainnya kemudian kembali terjun bebas.

Ada sesal yang menggema namun enggan keluar. Ada sesal yang menyiksa namun sudah terlalu kunikmati. Karena penyesalan, di belahan semesta manapun, akan selalu datang menyusul.
Untuk apa menangis sekarang?
Karena masa depan penuh teka-teki, dan aku sedang berjalan membawa satu-satunya alat yang bisa membongkarnya; waktu.

Jun 18, 2013

Aku Sedang Menggenggam Asa

Dalam pelukan asa yang melemah, dan visioneritas yang sudah terlalu payah. Aku tak akan punyai apapun lagi selain harap yang tinggal sedikit sisanya.

Aku hanya manusia yang tak punya satupun cara untuk memainkan ulang masa lalu. But the future still not belong to me yet. Ketika masa depan sudah direka sedemikian rupa, aku tetap tak boleh jadi makhluk egois yang mencari keamanan dan kenyamanannya sendiri. Aku bukan terlahir dan tumbuh dengan gratis. Bahkan setiap daging yang melekat di tulang, semuanya serba berbayar untuk bisa bertumbuh.

Dan setiap manusia pasti akrab dengan sang abstrak bernama utang budi. Utang yang mengekang, hingga tak kutemui nominal manapun sanggup membayar. Tapi aku tetap manusia yang sejak lahir dijejali pekerti.

Aku akan tetap berlari menjauhi kenyamanan dengan asa yang tinggal segenggam lagi. Walau sedikit, setidaknya aku bisa bilang pada setiap orang yang keheranan, "aku sedang menggenggam asa".

Jun 17, 2013

Pengorbanan?

Mungkin ini rasanya jadi harimau kebun binatang yang "terpaksa" hidup di balik jeruji. Hanya sayangnya, kita terlalu berleha, menyombong karena merasa lebih mulia, dan egois untuk sekadar "bisa merasakan".

Lihatlah ketika anak-anak kecil itu menarik-narik ujung baju ayahnya. Menyeret-nyeret ayah mereka mendekati kandang harimau malang. Untuk tanpa sadar, menonton sekaligus tertawa akan keterkekangannya.

Tapi ia hanyalah harimau. Ia tangguh, tapi kalah pada akal picik. Ia kuat, tapi luluh pada senyum budak polos yang terhibur diatas pedihnya.

Ia seharusnya bisa pergi, mengenyam kebebasan yang menjadi haknya sejak lahir. Ia seharusnya bisa beradu eksiprasi dan inspirasi dengan oksigen yang spesial diembus oleh pohon-pohon yang berdiri megah di alam liar. Seperti kawanan-kawanannya.

Tapi ia hanyalah seekor harimau malang yang masih luluh pada senyum manusia-manusia yang selalu menontonnya, terus menganggapnya binatang perkasa.

Karena ia hanyalah seekor harimau kebun binatang, yang rela hidup dalam kemalangan, demi senyuman yang tak ingin ia lepas dari sejauh pandangnya.

Kumpulan Laporan Mata Kuliah Instrumentasi Analitik

Laporan Kjeldahl download disini
Laporan Potensiometri dan pHmetri download disini
Laporan Spektrofotometri AAS download disini
Laporan Spektrofotometri UV download disini

Jun 14, 2013

Lyric Raisa - Bye Bye

Hey Girl you know you're beautiful
Now where's the pretty smile you've been hiding for too long
Hey Girl you know you're wonderful
If he doesn't appreciate then it's time to say bye bye
say bye bye 2x
If he doesn't treat you right then who is he to stick around just say good bye

Hey Girl you know you're amazing
Anyone who gets to love you is one lucky guy
Hey Girl you know you're a queen
If he doesn't appreciate then it's time to say bye bye
say bye bye 2x
If he doesn't treat you right then who is he to stick around just say good bye

I won't let anyone make me feel sad
I won't let anyone make me feel dumb
I won't let anyone make me feel unhappy

If you don't treat me right, baby so let me to say bye bye, say bye bye 2x
If he doesn't treat you right then who is he to stick around just say good bye
Say bye bye 2x
bye, say bye bye 2x
If he doesn't treat you right then who is he to stick around just say good bye
Say bye bye 2x

*mohon maaf bila masih ada kesalahan, karena ini hasil ngedengerin, pake bahasa inggris lagi, jadi rada hese. hehe.

Jun 4, 2013

Cerita Senja

Senja hari di kosan.
Aku duduk bersandar ke tembok, tepat di bawah jendela. Jendela yang pernah masuk ke dalam mimpi beberapa minggu yang lalu. Jendela yang masuk ke mimpiku bersama kamu yang tengah membuka tirai. Mengabarkan kamar kos bahwa matahari sudah terbit. Bahwa, kamu sudah datang.

Dan aku terbangun.
Aku terbangun, ketika hanya fajar menyeruak lembut di ufuk timur. Tak ada matahari terbit. Tak ada kamu. Tentu saja.

Sekarang aku disini sedang membuat dunia kecil yang hanya aku mengerti. Tak ada manusia lain yang mengerti. Sebanyak apapun aku berceritera, tapi memang tak ada yang mengerti, selain aku, Allah, dan dua malaikat yang sekarang pasti tengah ikut melihatku mengetik ini.

Jujur saja aku merindukan satu nyawa yang berada beberapa kilometer dari sini. Dia yang dulu pernah seakan-akan mengisi hari-hariku dengan segala kejutannya. Ya, seakan-akan. Kata-kata bisa saja bilang tidak, tapi adakah cara yang mampu menentang hati?

Ku lihat foto akun blogku. Sebuah foto yang diambil di depan candi borobudur satu setengah tahun yang lalu. Ah, aku ingat. Saat itu aku belum mengenalmu. Terkadang otak yang serba ingin dituruti ini meminta aku kembali ke masa itu. Tapi sampai kapanpun waktu tak akan mungkin berjalan mundur. Aku paham itu. Hatiku memang terkadang brutal.

Sudah jadi keniscayaan bahwa setiap impian butuh perjuangan. Kalau neraca massa bilang, impian adalah aliran yang diumpankan ke dalam reaktor perjuangan. Terkadang impian tak terkonversi sempurna. Tangisan, rasa sesal, rasa sedih, dan rasa gusar selalu saja menyertai dan menjadi produk samping. Tapi kamu harus tetap ingat, terwujudnya impianmu sebagai produk utamanya pasti akan terbentuk.

Andaikata produk utama itu tidak sesuai dengan yang kau inginkan. Percayalah Allah akan menganugerahimu produk yang lebih baik. Percayalah, karena Allah tak akan pernah mengabaikan sekecil apapun perjuangan hambaNya.


Jun 1, 2013

Tentang Jodoh

Tadi abis ngeliat foto kartu peserta SBMPTNnya si Sarah. Refleks langsung SMS ibu.
Saya: Bu, Oya mau nyoba snmptn ke ilmu komunikasi boleh ga?
Sebenernya udah yakin banget ibu gak akan ngebolehin dengan kata-kata yang seakan-akan ngebolehin. Misalnya: "terserah". Satu kata yang bikin menohok luar biasa haha.
Tapi, tadi jawabannya lain.
Ibu: Boleh, emang lagi libur mbak pas ujiannya?
Masya Allah! Kali ini ibu bener-bener ngebolehin. Padahal udah belasan kali aku ngomong mau ikut snmptn dan selalu gak boleh (dengan cara yang seakan-akan boleh). Tapi tadi itu lain.

Seneng, seneng banget dibolehin.

Tapi, satu sms ibu lainnya bikin aku mikir.
Ibu: Emang mbak gak betah di Polban?
Astaghfirullah. Aku mikir lama, aku merasakan masa-masa di polban setaun terakhir. Aku ga bisa menyangkal kalau aku betah. Sangat betah. Lalu apa sebenarnya motivasi aku untuk ikut sbmptn? Mencari kesombongan diri? Atau sekadar memenuhi ego?

Astaghfirullah. Aku lupa aku pernah bertekad bahwa aku akan membantu ibu membiayai kuliah adik. Tapi kenapa aku ingin ikut snmptn lagi? Sekarang adikku sudah kelas 2 SMA, tahun ini naik kelas 3. Dan berarti tahun depan dia kuliah. Kalau aku ikut sbmptn, dan diterima, apa yang akan terjadi? Aku hanya akan berbeda satu tingkat dengan adik. Soal wisuda berdekatan, itu ga masalah. Tapi gimana dengan uang kuliah? Gimana dengan ibu? Apa yang akan terjadi pada ibu yang notabene merupakan single parent karena ayahku telah Allah panggil lebih dulu lima tahun yang lalu? Apa yang akan terjadi? Aku hanya akan membebani ibu. Membuatnya susah.

Ya Allah, aku ini anak macam apa?

Setelah brainstorming sendiri, aku sekarang ngerti kenapa Allah masukkin aku ke polban. Sepertinya diini memang jodoh aku. Karena dengan cara bertahan disinilah yang paling mungkin bisa membuat aku mewujudkan tekadku untuk membantu ibu biayai kuliah adik.

Haha. Lupakan semua impian. Bukan karena menyerah. Tapi karena ada impian baru yang lebih mulia. Iya, lupakan ilmu komunikasi. Bertahan di teknik kimia. Wujudkan tekadmu. Bahagiakan ibumu.

Ibu: Iya betul.

May 23, 2013

Aku Harus Berguru pada Ikan

Kadang aku ingin berguru pada ikan. Bagaimana mereka bisa punya daya ingat yang secepat itu? Hanya tiga detik? Rasanya seperti pecah berkeping-keping saat harus mengingat banyak hal yang terlalu pedih untuk diingat. Tapi apalah daya, ingatanku bekerja berkali-kali lipat durasinya daripada ikan. Sisi manisnya, aku masih bisa mengingat semua hal, tentangmu, yang bisa membuatku masih tersenyum.

Aku percaya bertemu kamu adalah takdirku, mungkin takdirmu juga. Aku percaya setiap momen obrolan kita adalah takdirku, mungkin takdirmu juga. Takdir yang selalu kupedulikan, tapi mungkin tak sekalipun pernah kamu sekadar sadari.

Knowing there's someone else have been staying inside your heart is the worst fact lately.

Kesabaranku memang tak berbatas. Dan kesanggupanku masih bisa mengatasi semua ini.

Tapi, ingatanku tentang kamu yang selalu manis, sebelum ini, sudah cukup untuk menguapkan semua senyum. 

Aku harus berguru pada ikan.

May 10, 2013

Kau Tak Akan Kehilangannya

Kini aku malu pada mega yang memerah. Yang selalu ku tatap saat memintamu menetap. Yang selalu ku tatap saat kau memilih untuk pulang lebih dulu. Seharusnya aku telah tersadar sejak itu, bahwa bukan aku yang terpenting.

Kini aku malu pada kicau burung saat hari dimulai. Yang selalu kupinta izinnya untuk melukis wajahmu pada senjanya. Seharusnya mereka tak pernah izinkan aku. Agar setiap senjanya yang lampau tak menjadi lukisan yang hanya bisa dikenang.

Aku pun malu pada senja. Yang mulai sore itu tak lagi kulukiskan wajahnya. Kudengar lirih ia bertanya, "Mengapa kau berhenti? Aku menyukainya seperti kamu.".

Tenanglah senja,  hanya aku yang akan kehilangannya. Tidak denganmu. Karena sungguh akan ada pelukis lain yang melukis wajahnya pada dirimu. Pelukis beruntung. Pelukis yang lebih indah melukiskannya.

Bukan aku.

Apr 27, 2013

Gravitasi

Rembulan semakin memerah kala kau sudah terlalu ingin pulang.
Mengapa harus selekas ini? Tak bisakah kita pulang bersama? Nanti saja..
Bintang melulu berkedip, sambil sesekali mengingatkan aku, ini sudah larut.
Tapi bumi terus menambah percepatan garvitasinya, membuatku sukar berlalu dari medan magnetis terhangat bernama hatimu.
Jatuhkan saja, agar kekuatannya berkurang, aku ingin pulang, sebelum hatiku lebam.

Apr 7, 2013

Jalan Protokol itu, Kamu

Selamat senja yang berbeda, masih dengan kamu yang sama dengan kemarin, kemarin, dan kemarinnya lagi. Kamu yang semoga tak lekas berganti karena lepas harapan. Kamu yang selalu bertakhta dalam damba. Yang teduh antara terik, bagai sebahagian padang pasir, kau itu yang ternaungi awan.
Aku masih melukiskan kamu di kanvas senja ini. Mungkin senja saja sudah bosan dengan wajahmu yang mengisi setiap halamannya. Dan kau tau? Aku harus selalu berkompromi dengan kicau burung gereja yang ramai di lapangan samping jendela kamarku, dengan sinar matahari yang berkerumun masuk ke pori-pori. Untuk satu, senja mereka yang bersedia kulukis lagi dengan wajah yang sama.
Waktu sudah bergulir lama sejak pertama aku tahu dirimu. Kisah ini tak seperti jalan tol jaman dulu yang bebas hambatan. Sebaliknya. Kisah ini serumit jalan protokol di kota-kota besar. Terhambat, sulit, dan mengesalkan. Tujuanku yang membuat aku sanggup bertahan, mungkin saja itu kamu. Berdoalah agar itu kamu. Hehe :)
Maaf jika aku sempat membelok, aku pikir ke arahmu sudah buntu.
Kamu tak perlu kuatir, sekarang aku sudah memutar balik. Aku kembali ke jalan protokol-mu.
Aku tahu kau juga ada dijalan ini, di ujung yang berbeda dariku. Aku yakin kau sedang berjalan ke arahku. Mengikuti jalan protokol-ku. Kau juga terhambat, kau juga sulit, dan kau juga pasti kesal. Tapi aku, tujuanmu, masih disini. Aku juga mencarimu. Maka, carilah aku! Jangan menyerah sampai satu tempo di satu titik dimana kamu dan aku bertemu.
Aku mencari.
Aku menunggumu.

Mar 27, 2013

Dulu


Dulu ia hanya punggung yang menghilang seiring transformasinya menjadi siluet dihadapan sengat cahaya dari balik jendela.
Dulu ia hanya tokoh nyata yang tanpa izinnya ku reka jadi pangeran dalam imajiku yang egois.
Dulu ia terduga sebagai pemilik tulang rusuk yang Tuhan titipkan menemaniku berjalan jauh dimuka dunia.
Dulu ia hanya kerabat yang diam-diam ku puji dalam hingar, agar tak ada satu makhluk, yang berkuping ultrasonik sekalipun, mampu mendengar.
Dulu... dulu.. dulu.
Semuanya hanya ceritera yang tak diabadikan di dongeng manapun.
Hanya konsep masa lalu, yang ada, tapi tak pernah kuasa kembali aku pinta.

Mar 17, 2013

Sebuah Rindu

Aku rindu masa-masa ketika hari Senin hingga Sabtu aku pergi dari rumah, pergi ke depan perumahan dengan jalan kaki, memakai kerudung bergo putih, kemeja putih yang mulai kekuningan, dan rok rampel abu-abu kebiruan. Membawa tas yang superberat dipunggung, dengan hanya ditopang sepatu hitam yang sudah mulai keabu-abuan. Rutinitas berangkat sekolah yang dulu selalu tak ku nanti, tapi sekarang begitu kurindukan.
Aku rindu masa-masa ketika aku tiba di depan sebuah SMA yang luasnya tak sampai 1 hektar. Melihat Pak Udin sedang sibuk menyebrangkan murid-murid yang hendak mencari ilmu, atau Pak Chandra yang sedang tersenyum ke arah kami, mungkin sambil berkata dalam hati "haha, kalian datangnya masih saja kalah pagi sama Bapak!" :')
Aku rindu masa-masa aku membuka daun pintu yang terbuat dari kayu, dengan ceria berjalan masuk ke sebuah ruangan dengan 19 buah meja plus satu meja guru dan 38 buah kursi plus satu kursi guru.
Ah, duabelas ipa empat!
Aku tahu masa-masa itu adalah hal yang mustahil untuk kembali. Aku tahu.
Tapi bukankah rindu tak menuntut sebuah reka ulang?

Mar 5, 2013

Inspirational Community

Beloved Classmates


Maroon Army

Love them as always :')

Feb 11, 2013

Dongeng Kita

Selamat malam kamu yang sedang berdamai di atas kasurmu beberapa kilometer dari tempatku menulis ini. Semoga kamu masih ingat tentang kata demi kata yang hingga saat huruf ini diketik masih terus berotasi di ingatanku. Tolong sisakan sedikit waktumu untuk kembali ke kata awal dari kalimat sebelumnya. Terinderakah olehmu ada pengharapan yang sarat disana? Sekali lagi, semoga.

Tahukah kamu beberapa malam terakhir, ada ratusan detik yang ku sisakan untuk mencari tahu alasan kamu berlalu. Aku terus mencari hingga aku tak jua mengerti. Hingga saat ini. Hingga tanda baca titik setelah berakhirnya kalimat ini.

Bukan, semuanya belum selesai. Aku masih tidak mengerti dan aku belum menyerah.
Bukan untukmu, tapi ini untuk kedamaianku.
Agar aku bisa menjadi sedamai kamu diatas kasurmu saat ini.
Kamu yang damai, tanpa mengingatku, atau sekadar menoleh dan melihat pecahan-pecahan memori yang mengkristal. (mungkin) memori kita.

Aku sudah lelah mengada-ada tentang dongeng kita. Tentang dunia peri yang diakhiri pangeran dan putrinya yang berdansa. Kutahu tak ada dansa di akhir cerita kita. Karena aku bukan peri. Dan tak ada aku di dunia peri. Tapi aku tak ingin, pada akhirnya aku harus lirih berkata, bahwa ternyata, dongeng kita, tak pernah ada.

Jan 25, 2013

Evaluasi Semester Satoeee!

Selamat siang. Halo bloggers, aku mau curhat dikit nih huhu. Semester 1 berlangsung dan berakhir dengan kurang baik *nangis di kaki gunung everest*. Iya! Selama semester 1 aku sakit-sakitan! Kena maag kronis segala. Padahal terhitung sampe kelas 2 SMA itu belum pernah yang namanya makan obat maag. Palingan pas kelas 3 aja tuh makan obat maag, itupun gara-gara saat itu aku kena disentri parah. Entah kenapa dikasih obat maag juga #pfft. Nah, balik lagi ya! Di semester 1 aku ga masuk 24 jam pelajaran karena sakit. Walaupun 3 jam nya dijatohin ke izin sama pengurus absen. Gara-gara telat ngumpulin surat. Dan akhirnya berujung pada kompensasi ngebersihin lab instrumentasi pengukuran atau yang biasa disingkat IP. Haah apa barusan? IP? IP???? Haaah...

Gara-gara cerita tentang kompensasi barusan, saya malah jadi keingetan IP yang itu. Yang mana? Yang ituuuuu. Bukan. Bukan istana plaza. Ini indeks prestasi woy indeks prestasiiiiii! #pfft. Oke. Kita mulai aja ya. Mulai apa? Eh teuing atuh kamu haha. Iya jadi aku masuk PMDK. Bukan. Bukan penelusuran minat dan kemampuan. Ini persatuan mahasiswa du du duuua ko ko kkk komaa. Hard to be said. Hff. Sedih? Bohong kalo bilang enggak! Sedihlah. Malu sama orangtua. Tapi alhamdulillahnya sih orangtua saya bukan tipikal orang tua yang terlalu menuntut nilai bagus ke anak-anaknya. Hihi I love my parents :*

Sebenernya hal ini terjadi karena saya yang kurang serius di semester 1. Masih kepikiran pengen jadi jurnalis. Hiks hiks. Tapi semester 2 insya Allah deh saya akan berjuang!

Yaah postingan ini intinya saya pengen curhat aja sih. Sekalian minta doa juga biar semester depan saya membaik aaamiin. Doain yah! Makasih...

Jan 15, 2013

Sore

Selamat sore, Tuhan.
Sore ini indah ya. Aku senang Tuhan. Hujan yang Kau anugerahkan mengenai aku sedikit demi sedikit. Mematikan sulutan-sulutan api amarah dalam jiwa ku walau sedikit demi sedikit.
Aku suka sore hari, Tuhan.
Dimana matahari sudah mulai meredam cahayanya.
Aku terduduk di depan kaca jendela, membuka laptop, kemudian mengarungi dunia virtual.
Menyaksikan tiap kisah dari orang-orang nyata.
Indah, Tuhan.
Aku ingin.....

Jan 14, 2013

Kau

Tuhan, tolong beri aku tambahan kapasitas ikhlas.
Tuhan, tolong tambahkan ampunanmu atasku yang kerapkali kehabisan rasa qana'ah.
Tapi Tuhan, bolehkah aku berharap sedikit saja lagi.
Ya, berharap seperti waktu itu. Yang akhir ceritanya tak seperti apa yang kuingin itu.
Aku menanti, Tuhan.
Menanti yang aku tak tahu apa.
Aku sabar, Tuhan.
Sabar menanti yang aku tak tahu apa.
Aku kuat, Tuhan.
Masuk ke lembar akhir perih itu berulang-ulang.
Beri aku tambahan kapasitas ikhlas, Tuhan.
Atau turunkan kapasitas ekspektasiku.
Kumohon segera ya, Tuhan?
Aku tau, Kau tau apa yang aku mau.
Dan aku tau, Kau selalu tau apa yang aku butuhkan.

Jan 9, 2013

Pencuri Tempo

Salahkah jika aku menjadi pencuri?
Pencuri tempo.
Wahai dirimu, yang berdiri di depan pekatnya cahaya matahari.

Wahai dirimu, andai saja mengukur kepekaan itu semudah mengukur suhu di laboraturium fisika terapan.
Mungkin tak akan ada ketololan yang mencari-cari sepatumu di tengah kerumunan.
Mungkin tak akan ada ketololan yang bahkan mengingat setiap detil sepatumu.

Wahai dirimu, siluet yang terlukis di kanvas cahaya.
Mengapa sepatu itu lekas sekali menghilang, setiap jam UAS usai.
Dua tangga sempit, dua tangga luas, secepat satu langkah melahap dirimu.
Dan kehilangan dirimu, ternyata lebih menyakitkan daripada memecahkan termometer di laboraturium korosi.

Hahaha..