Dec 27, 2011

Anak Ingusan Ini Mau Kuliah

Siang ini, sekitar pukul 12 atau 13 gitu, entah ada angin ribut dari mana Ibuku ngajak duduk bareng untuk ngobrolin kuliah. Deg. Rasanya gimana gitu kalau ngomongin kuliah. Itu kan berarti bentar lagi lulus SMA, perpisahan sama temen-temen, perpisahan sama guru-guru, perpisahan sama satpam, perpisahan sama ibu kantin, perpisahan sama petugas sekolah, perpisahan sama ibu perpus, perpisahan sama pohon mangga samping kelas, dan yang paling nyesek perpisahan sama sama *biiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiip* sensor ah :p.

Back to the point. Apa pointnya? Bip? *tepok jidat*. Bukan. Kita bukan mau ngomongin si bip *ntar kita omongin dia di postingan laen aja yaa* wkwkwk.
Oke, jadi gini loh *pasang tampang direktur mau meeting*. Di waktu yang udah mepet menuju SNMPTN ini. aku ini masih galau mau masuk kuliah kemana *plakkk!!*. Ceritanya mimpi aku itu gunta-ganti terus. Gampang ke bawa arus. Awalnya mau jadi dokter, ganti jadi arsitek, ganti jadi pengacara, ganti jadi jurnalis, dan sekarang ganti lagi entah apa. Makanya ibu aku yang masih banyak kerjaan rumah itu maksa ngajak ngobrol 4 mata.

Jadi, Oya (panggilan dari kecil, red) mau kuliah dimana?
Gak tahu, Bu. Maunya ibu dimana? (sambil cuek teu puguh)
Yang bener eh, orang tua ngajak ngobrol juga.
Dimana yah.. Ibu maunya dimana?
Heuh, masuk Kesehatan Masyarakat aja.
Hoahh? UI? Oh eh..
Coba deh browsing internet. Liat ada jurusan apa aja.
*nyodorin buku daftar fakultas yang sebenernya udah punya dari dulu dan dibiarkan usang supaya bisa jadi lagu. (Backsound: Kubuka album biru, penuh debu dan USANG...) Ngalantur!*

Akhirnya aku dan ibuku buka deh tuh buku. Yang pertama aku cari pastinya jurusan yang ilmu penunjangnya Biologi atau Kimia. Buat Matematika dan Fisika, no thanks :) *ngerasa looser banget disini*.
Akhirnya ketemu deh, 4 jurusan yang ilmu penunjangnya seperti yang disebutkan diatas. Empat jurusan itu adalah...
  1. Teknik Lingkungan - Universitas Indonesia
  2. Kesehatan Masyarakat - Universitas Indonesia
  3. Biokimia - Institut Pertanian Bogor
  4. Agronomi dan Hortikultura - Institut Pertanian Bogor
Sebenernya masih banyak jurusan dengan ilmu penunjang dua itu. Tapi hati aku rasanya udah cocok aja sama keempat jurusan diatas. Ibu aku juga setuju. Tapi masalah belum beres. Aku harus memperdalam lagi tentang keempat jurusan tersebut. Selain itu aku juga harus tanya-tanya ke guru BK soal kakak tingkat yang dulu milih jurusan-jurusan itu. Gimana caranya mereka berhasil. Dan poin terpentingnya aku belum shalat istikharah untuk minta petunjuk dari Allah. Tapi bakal aku lakuin a.s.a.p.

Oh iya buat blogwalker yang kebetulan singgah di entri saya ini, dan kebetulan juga tau banyak atau tau sedikit soal empat jurusan tadi, minta share-nya yah. Makasih banget loh sebelumnya. Kalo kata Pak Mario Teguh mah, love you as always :)

Dec 26, 2011

Harusnya

Harusnya kamu tak perlu sapa aku.
Kalau itu hanya sekali, kemudian hilanglah..

Harusnya kamu tak perlu bicara padaku.
Kalau hanya butuhnya, kemudian lenyaplah..
Harusnya kamu tak perlu senyum padaku.
Karena tak ada kepalsuan abadi.
Terbukti kan? Sekarang aku bisa lihat jelas-jelas.

Kalau saja aku tidak tertipu.
Kalau saja sapa, kata, dan senyum itu tak ada.
Kalau saja tak pernah bertemu.

Sudahlah, kalau saja tak ada kalau saja..


Dec 24, 2011

Secarik Curhat

Hari ini bagi rapot. Semua orang tua di undang ke sekolah untuk menerima hasil "perjuangan" anaknya yang dititipkan ke sekolah selama satu semester ini. Perasaan tidak menentu, karena hasil rapot kali ini merupakan grafik terakhir perjuangan ke PMDK. Meningkat atau menurunnya nilai semester ini sangat berpengaruh. Aku sangat tidak suka seperti ini.

Aku gak masalah kalau nilai raport yang jadi acuan buat diterima ke Universitas, tanpa tes. Tapi nilai raport yang seperti apa dulu? Aku mau bilang nilai raport yang jadi acuan itu harusnya apa adanya aja. Bener-bener gimana kemampuan belajar kesehariannya. Bukan yang asal katrol. Tapi di sisi pikiran, hati, dan jiwa aku yang lain ya butuh juga. Mau bagaimana lagi?

Menyedihkan-

Suatu hari aku sedang mengubek-ubek data surat-surat dan dokumen penting di lemari. Waktu itu kalau tidak salah aku mau mencari ijazah SMP-ku. Tak sengaja aku menemukan buku tua yang masih terlihat segar *buah kalee*. Aku buka buku itu dan tereng tereng.. ternyata itu raport ibuku. Satu kata yang langsung terucap dari bibirku..
K.e.r.e.n..!
Apanya yang keren? Warnanya? Desainnya? Laa Laa Laa.. Bukan. Nilai? Yup, apalagi kalau bukan nilainya?

Takjub-

Disana masih ada nilai raport yang pakai TINTA MERAH. Betapa murninya nilai pada zaman ibuku. Semua di tulis apa adanya. Benar-benar sesuai kemampuan. Aku sedikit menyesal mengapa lahir lebih lambat. Hahaha. *jangan ditiru. Itu tindakan kurang bersyukur.*

Aku cemburu-

Apa yang aku cemburui? Tentu saja rasa puas yang menggelora itu. Rasa puas yang benar-benar puas saat usaha kita belajar selama ini tercatat dalam raport kita. Lima maka lima, tidak delapan. Dan sembilan maka sembilan, tidak tujuh. Mampu, ya mampu. Tidak, ya berusaha untuk mampu. Persaingan yang sportif. Dan aku cemburu.

Dec 23, 2011

Tur Jogjakarta

Jogjakarta, satu kota yang pernah-hanya-jadi-angan-angan. Semenjak tur 650.000 itu, sudah bukan lagi. Yaaah, Jogja dengan candinya, keratonnya, taman pintarnya, malioboronya, bukan angan lagi.

Sedikit dikecewakan oleh harap-harap perjalanan indah yang tidak terealisasi. Saya yang single ini, merasa terkucil sepanjang tur. Haha tapi tak apalah selama ada teman, enjoy aja. Sekalipun gak ada teman, masih puna dua kaki buat jalan sendiri.
Perjalanan dimulai tentu saja dari sekolah, eh tidak, dari rumah, tepatnya kasur. Setelah siap tektek bengeknya maka berangkatlah menuju sekolah danseterusnya danseterusnya. Sekitar jam 12an transit di Tasikmalaya. Makan di RM Trio Macan, eh Trio Indah. Buang air kecil bayar 1000 (yang barusan disensor ya). Perjalanan lanjut ke Jogja. Perjalanan Tasik-Jogja lebih seru daripada perjalanan Sukabumi-Tasik. Ketawa-ketawa. Klasik lah.





Setibanya di Jogja langsung disuguhkan makan di RM Ambar Ketawang. Gitu~gitu~gitu~. Check in hotel Amarta, Jalan Wates. Tidur sekamar bertujuh...

Sekamar BERTUJUH

...ketika grup lain cuma berlima atau berenam. Kamarnya cukup. Gak sesempit yang saya kira. Tidur nyaman~
Besoknya, ke-single-an mulai terasa. Banyak romeo yang rela pindah bus buat duduk samping julietnya. Hatiku berbisik lirih. Mana romeoku? Plakk! Zzzz...

Duduk sama Revi dan Herlan menuju Taman Pintar. Roma-romanya Taman Pintar sih mirip Iptek yang di TMII. Biasa saja no kesan. Lanjut ke Keraton, yah begitulah dimana-mana keraton kayak gitu-gitu aja. Ada segala macam alat-alat dan perkakas bekas kerajaan dulu. Dari mulai senjata sampai sendok. Dan akhirnya sampailah pada acara yang saya tunggu-tunggu. Go to Prambanan Temple. Hujan turun deras, jadi kurang asik. Okelah sewa payung 5000 aku caw. Ditinggal temen-temen dan akhirnya jalan sendiri. Galau ngeliatin di depan-belakang-samping kiri-samping kanan cuma pasangan doang yang pake satu payung berdua. Asyiknya mereka bisa patungan sewa payung. *nangis di bawah shower*.

Malamnya it's time to shopping. Mampir ke djava terus lanjut ke Jl. Malioboro. Beli barang-barang biasa lah. Bakpia, lanting, brem, baju, topi, tas, de el el yang notabene pesenan orang doang. Akunya cuma dapet kaos sajahhhh.

Kalender menunjukkan tanggal 21. Diusir dari hotel. Ngungsi ke bagasi bus. Perjalanan lanjut lagi nih. Ke Monumen Jogja Kembali a.k.a Monjali. Nah inilah satu-satunya tempat yang ninggalin kesan mendalam buat aku. Hampir nangis dengerin cerita dari guide yang udah tua itu. Katanya-waktu nunjukkin salah satu foto perjuangan di museum, pernah ada satu kakek dateng kesitu terus nangis menatap foto orang dengan bambu runcing di tangannya itu, dan dengan lirih ia bilang "Ini foto saya". Huwaaa ga tahan pengen nangis.

Abis gitu ada diorama-diorama perjuangan. Kerasa banget suasana semangat nya. Padahal cuma patung. Salut..

Dan terakhir kita menuju Borobudur. Candi yang pernah masuk tujuh keajaiban dunia itu. Sebelumnya belanja salak dulu di Muntilan. Suasana di Borobudur gak jauh beda sama Prambanan. Tapi yang berkesan itu waktu masuk ke galeri uniknya. Temen-temen pada bayar 2.500, tapi aku yang saat itu jalan sama salah satu guruku; Bu Yati, boleh masuk gratis. Penjaganya kira, saya juga pembina 0:) hoho inilah salah satu keuntungan punya badan tinggi besar. Wkwk.

Perjalanan selesai dan kembali ke rumah. Sekali lagi cuma Monjali yang berkesan buat saya.

Monumen Jogja Kembali (Monjali)

Bersama teman sekelas. CEPOT: Cenat-cenut Ipa Opat.


Dec 18, 2011

Waffely Pancaky

 

n.b: Waffely pancaky was the disguise name of someone I've admired..

"This is not the first video that I made. But, this is the first video I've uploaded to network world. It isn't incredible neither have good quality. But, I hope you'd enjoy it.."

Dec 13, 2011

Matamu

Ada satu kamus yang mampu menerjemahkan bahasa matamu; waktu.

Jika pasifik masih bisa diketahui kedalamannya, maka tidak dengan matamu.

Bagiku, matamu seharusnya masuk rekor dunia. Sebagai mata yang paling sulit dimengerti.

Mungkin hanya Tuhan dan kau yang mengerti bahasa ini, bahasa matamu.

Jangan biarkan apapun tenggelam ke dalam matamu, karena mungkin sangat sulit untuknya bisa terselamatkan.

Eyes mean everything...  

Dec 11, 2011

Kekangan Semu

Terkekang kenang dan bayang-bayang.

Tidak lama, disana ada satu dan dua saat. Kedalaman matanya yang tak terbatasi. Kemudian penglihatanku jatuh bebas kedalamnya. Jatuh jauh. Tanpa batas. Jika saja tak segera aku terbangun.

Aku terbangun dalam kekang kenang dan bayang-bayang.

Dua puluh enam alfabet yang ada masih kurang untuk di tata jadi kata-kata. Sehingga bisa bikin terbebas. Dari kekangan yang sebenarnya tak ada.

Dimana? Apa dia hidup dalam hidupku? Apa dia hidup hanya di mimpiku?

Lagi-lagi aku terjatuh bebas, namun hanya tapak-tapak di atas pasir ini yang menyaksikan. Terbangun lagi, dan tak ada dia lagi. Ada punggung yang terlenyap seiring gelap. Bisakah anda berhenti, atau sekadar berbalik sejenak? Hanya sesaat.

Dec 3, 2011

Charice Pempengco - Born to Love You Forever

We've got a secret
Only you and I know
We've got a language
Only we can speak
I want you to be
Wherever I go
It keeps getting better everytime we meet

I feel it deep inside it can't be denied Oh

Chorus:

I knew the first time that we were together
I was born to love you forever
Nothing comes between us
No one will ever 'cause baby
I was born to love you forever

Ohhh

I feel it in my heart that it's destiny
Can tell when we kiss, by the way we touch
I made for you, You're made for me
I never dreamed that
I could feel this much

I feel it deep inside it can't be denied
Ohhh

(Repeat Chorus)

Bridge:

Because we're young
I know they doubt us
But they don't know the first thing about us
We close our eyes when we kiss
We never lose our innocence

I feel it deep inside it can't be denied Oh

(Repeat Chorus)

I was born to love you forever
  

Dec 1, 2011

Your Eyes Like A ...

Aku lihat ada sosok yang mengalun, atau teralunkan. Bersamaan dengan denting-denting yang menggoda. Kemudian terdengar baris nada di luar oktaf. Do re mi fa sol lo ve do. Bukan aku yang mengetuk palu. Namun rasakanlah saat sesuatu datang begitu saja.

Lihat bahwa semuanya akan tetap begitu. Yang ada dalam garis ini -antara matamu serta mataku- bukan lagi pengharapan. Karena aku sudah sangat bosan, berharap seorang diri. Atas yang ku terima di akhir, garis itu justru terputus dari seberang dan men-jepret langsung kedua mata, hingga satu hati ini.

Cukuplah setengah garis ini. Tak perlu ada matamu yang harus menyadari keberadaan mataku. Lagipula, aku malu.



Karena, aku tak sengaja jatuh cinta.
 
Walau perhentian mungkin tiada, cukuplah sejauh ini aku mampu jadi nahkoda atas perahu hidupku sendiri.



(Malam, awal dalam akhir)