Sep 11, 2011

Setia

Bisa jadi seperti itu. Mungkin tak pantas? Atau.. ah pentingkah.

Yang dia tahu dari runtutan balada ini, hanya awal yang manis. Dan sekarang? Apa yang ada sekarang? Umpamakan dia buah durian, mungkin tinggal durinya. Kurasa kulit durian masih baik-baik saja saat 'ditinggal' di tempat sampah. Tapi dia manusia, bukan kulit durian.

Kisah pertemanan yang ku kira sadis. Bagaimana bisa mereka melupakannya? Hatinya pernah berkata padaku bahwa dia sayang mereka, sangat sayang. Sebagai orang terdekat yang dia kira akan jadi orang-orang terbaik dalam hidupnya. Orang-orang yang tertawa saat dia tertawa. Orang-orang yang tanpa diminta, akan bersedih saat dia berduka. Orang-orang yang akan menangis ketika dia masuk lahatnya.

Dan kenyataannya mereka memang tertawa saat ia tertawa. Tapi mereka tetap tertawa.. terus tertawa ketika hatinya sesak. Ketika pilu merundungnya.

Aku pernah mendengar suara lirih dari balik bilik peraduannya. "Lalu kapan aku mengenal sebuah kesetiaan?" "Tertawalah bersamaku, menangislah bersamaku.." "Aku hibur kau saat kamu sedih. Kau hibur aku saat aku rasakan yang sama." "Jangan tertawa saat aku menderita."

Hingga sekarang masih terus ku dengar..

Sep 6, 2011

Surat (Mungkin Permintaan, atau Suruhan)

"Tetaplah tersenyum" kata-kata lumrah. Tapi kali ini bukan hanya "kata-kata belaka". Kata yang datang entah dari mana. Dari hati kah? Kupikir fungsi hati itu menawarkan racun. Hah, sudahlah. Dalam kepastiannya, aku merasakan sebuah rasa yang benar-benar memaksa. Menuntut hal itu harus terjadi. Menuntut kau berubah. Menuntut kau untuk...

...tersenyum.

Aku tak suka melihat kau pasang persediaan muka masammu setiap hari. Sekali lah kau ganti dengan muka tulus, muka penuh "senyuman" yang Tuhan anugerahkan untukmu. Kenapa kau tak pernah mensyukurinya? Senyummu begitu manis. Kenapa kau tak pernah memakainya?

Hanya sebuah pengandaian, yang bahkan aku tahu tak mungkin terjadi - namun tetap aku lakukan. Bagaimana kalau kau jadi seseorang yang bernama aku. Ku rasa kamu baru mengerti. Apa artinya sebuah "senyuman" yang kau ukir di wajahmu -yang tak sempurna tanpa senyummu- bagiku. Cukup sudah. Aku tak lupa bilang ini tak akan terjadi, kan?

Tersenyumlah,

Who need your smile,

Aku-